Headlines News :
Klik Disini !
×

Arman Juanda

Arman Juanda

Total Pageviews

Followers

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

By Armanjuanda. Diberdayakan oleh Blogger.

Social Icons

Detik-World

Pantun Melayu klasik


 



 Sirih berlipat sirih pinang
Sirih dari pulau Mutiara
Pemanis kata selamat datang
Awal Bismillah pembuka bicara

Tuailah padi antara masak
Esok jangan layu-layuan
Intailah kami antara nampak
Esok jangan rindu-rinduan

Hendak dulang diberi dulang
Dulang berisi sagu mentah
Hendak pulang ku beri pulang
Tinggalkan pantun barang sepatah

Lancang kuning lancang pusaka
Nampak dari Tanjung Tuan
Kalau kering laut Melaka
Barulah saya lupakan puan

Asam kandis mari diiris
Manis sekali rasa isinya
Dilihat manis dipandang manis
Lebih manis hati budinya

Kalau ku tahu paria pahit
Tidak ku gulai dalam belanga
Kalau ku tahu bercinta sakit
Tidak ku mulai dari semula

Akar bambu bersesap-sesap
Anaklah kucing dalam perahu
Terbakar rumah menjadi asap
Terbakar hati orang tak tahu

Ayam hutan terbang ke hutan
Tali tersangkut pagar berduri
Adik bukan saudara bukan
Hati tersangkut karena budi

Ayam rintik dipinggir hutan
Nampak dari tepi telaga
Nama yang baik jadi ingatan
Seribu tahun terkenang juga

Bila memandang ke muka laut
Nampak sampan mudik ke hulu
Bila terkenang mulut menyebut
Budi yang baik ingat selalu

Burung Serindit terbang melayang
Mari hinggap di ranting mati
Bukan ringgit dipandang orang
Budi bahasa rangkaian hati

Bukan lebah sebarang lebah
Lebah bersarang di pohon kayu
Bukan sembah sembarang sembah
Sembah adat pusaka Melayu

Bukan lebah sebarang lebah
Lebah bersarang di rumpun buluh
Bukan sembah sembarang sembah
Sembah menyusun jari sepuluh

Rumah limas anjung Selatan
Bunga kemuning tumbuh di halaman
Tangkainya emas bunganya intan
Bolehkah ranting hamba patahkan

Tumbuh betik di tepi halaman
Pokok berangan pokok teruntum
Sungguh cantik bunga di taman
Bolehkah gerangan petik sekuntum

Asap api embun berderai
Patah galah haluan perahu
Niat hati tak mau bercerai
Kehendak Allah siapa yang tahu

Air dalam bertambah dalam
Hujan di hulu belumlah teduh
Hati dendam bertambah dendam
Dendam dahulu belumlah sembuh

Halia ini tanam-tanaman
Ke barat juga akan condongnya
Dunia ini pinjam-pinjaman
Akhirat juga akan sungguhnya

Hari panas mencucuk benang
Benang menjahit baju kebaya
Air jernih lubuknya tenang
Jangan disangka tiada buaya

Anak punai anak merbah
Hinggap ditonggak mencari sarang
Anak sungai lagikan berubah
Inikan pula hati orang

Apa guna pasang pelita
Jika tidak dengan sumbunya
Apa guna bermain kata
Kalau tidak dengan sungguhnya

Buah kuini jatuh tercampak
Jatuh menimpa bunga selasih
Biar bertahun dilambung ombak
Tidak ku lupa pada yang kasih

Apa guna berkain batik
Kalaulah tidak dengan kainnya
Apalah guna beristri cantik
Kalaulah tidak jujur hatinya

Buah jambu disangka kandis
Kandis ada di dalam cawan
Gula madu disangka manis
manis lagi senyuman puan

Dari Arab turun ke Aceh
Naik ke Jawa berkebun serai
Apa diharap pada yang kasih
Badan dan nyawa lagi bercerai

Bunga Melati terapung-apung
Bunga rampai di dalam puan
Rindu hati tidak tertanggung
Bilakah dapat berjumpa puan

Burung Merak terbang ke laut
Sampai ke laut mengangkut sarang
Sedangkan bah kapal tak hanyut
Inikan pula kemarau panjang

Dari Jawa ke Bengkahulu
Membeli keris di Inderagiri
Kawan ketawa ramai selalu
Kawan menangis seorang diri

Dari teluk pergi pangkalan
Bermain di bawah pohon kepayang
Saya umpama habuk di papan
Ditiup angin terbang melayang

Orang Melayu naik perahu
Sedang berdayung hujan gerimis
Hancur hatiku adek tak tahu
Mulut tertawa hati menangis

Orang tani mengambil nipah
Hendak dibawa ke Indragiri
Seluruh alam ku cari sudah
Belum bersua pilihan hati

Ribu-ribu pokok mengkudu
Cincin permata jatuh ke ruang
Kalau rindu sebut namaku
Airmata jangan dibuang

Kalau roboh kota Belawan
Sayang selasih di dalam tuan
Kalau sungguh ingin diucapkan
Rasa nak mati dipangkuan puan

Limau purut lebat di pangkal
Batang mengkudu condong uratnya
Hujan ribut dapat ditangkal
Hati yang rindu apa obatnya

Kalau menyanyi perlahan-lahan
Dibawa angin terdengar jauh
Rindu di hati tidak tertahan
Di dalam air badan berpeluh

Ku sangka nanas atas permatang
Rupanya durian tajam berduri
Ku sangka panas hingga ke petang
Rupanya hujan ditengah hari

Kayuh perahu sampai seberang
Singgah bermalam di kampung hulu
Bukan tak tahu dunia sekarang
Gaharu dibakar kemenyan berbau

Anak ikan dipanggang saja
Hendak dipindang tiada berkunyit
Anak orang dipandang saja
hendak dipinang tiada berduit

Saya tak hendak berlesung pauh
Lesung pauh membuang padi
Saya tak hendak bersahabat jauh
Sahabat jauh merisau hati

Limau purut di luar pagar
Rimbun putik dengan bunganya
Hujan ribut padang terbakar
Embun setitik padam apinya

Puas saya bertanam ubi
Nanas juga dipandang orang
Puas saya menabur budi
Emas juga dipandang orang

Tenang-tenang air di laut
Sampan golek mudik ke tanjung
Hati terkenang mulut menyebut
Rindu kini tiada penghujung

Bunga Tanjung kembang semalam
Pohon tinggi tidak berduri
Gelombang besar di laut dalam
Karena Puan saya kemari

Dari mana hendak ke mana
Tinggi rumput dari padi
Hari mana bulan mana
Dapat kita berjumpa lagi

Padi ini semumba-mumba
Daun kurma daun cempedak
Macam mana hati tak hiba
Entah bertemu entah tidak

Akar keladi melilit selasih
Selasih tumbuh di hujung taman
Kalungan budi junjungan kasih
Mesra kenangan sepanjang zaman

Ayam rintik dipinggir hutan
Nampak dari tepi telaga
Nama yang baik jadi ingatan
Seribu tahun terkenang juga

Anak beruk ditepi pantai
Pandai melompat pandai berlari
Biar buruk kain dipakai
Asal hidup pandai berbudi

Kiri jalan kanan pun jalan
Tengah-tengah pohon mengkudu
Kirim jangan, pesan pun jangan
Sama-sama menanggung rindu

Mendung si mega mendung
Mendung datang dari utara
Jangan selalu duduk termenung
Kalau termenung badan merana

Pohon mengkudu tumbuhnya rapat
Rapat lagi pohon jati
Kawan beribu mudah didapat
Sahabat setia payah dicari

Dua paya satu perigi
Seekor bujuk anak haruan
Puan disana, saya disini
Bagai pungguk rindukan bulan

Gesek rebab petik kecapi
Burung tempua membuat sarang
Apa sebab jadi begini
Karam berdua basah seorang

Hendak gugur, gugurlah nangka
Jangan menimpa putiknya pauh
Hendak tidur, tidurlah mata
Jangan mengenang si dia yang jauh

Kain batik negeri seberang
Dipakai anak Tanah Melayu
Apa artinya kasih dan sayang
Kalaulah adek berjanji palsu

Pantai kalangan pasirnya putih
Anak dagang berulang mandi
Apa disesal orang tak kasih
Sudah suratan diri sendiri

Disana pauh di sini pun pauh
Daun mengkudu ditandungkan
Adinda jauh kakanda jauh
Kalau rindu sama tanggungkan

Pulau Tinggi terendak Cina
Nampak dari Pulau Sibu
Adek pergi janganlah lama
Tidak kuasa menanggung rindu

Putik pauh delima batu
Anak sembilang di tapak tangan
Puan jauh di negri satu
Hilang di mata, di hati jangan

Bila ada sumur di ladang
Bolehlah saya menumpang mandi
Bila ada umur panjang
Pantun ini disambung lagi :D

 
Iklan Melayang
Iklan Melayang
Support : Creating Website | Arman juanda | Arman Juanda Template
Copyright © 2011. DETIK WO®LD™ - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Detik World Template
Proudly powered by Blogger