GPL Langsung Download Klik
10.48
Movies: After Earth (2013) CAM 400MB Ganool
Download Disini Klik
Caranya:
KLIK Link di samping (KLIK), Skip add-(diatas)kanan
Lalu Klik Regular Download Klo dah masuk Situs ezz File.
Semoga Bermanfaat.
Label:
Berita Terbaru Didunia
10.42
Malaysia Pede Jadi Negara Maju Sebelum 2020, Bagaimana RI?
Kuala Lumpur - Malaysia pede melangkah pasti menjadi negara maju sebelum di tahun 2020.
Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Najib Tun Razak mengatakan perekonomian Malaysia terus membaik dimana pertumbuhannya mencapai 5,6 persen tahun lalu.
Hal tersebut ditopang oleh tingginya investasi dan konsumsi rumah tangga yang sehat.
Dikutip dari AsiaOne, Selasa (11/6/2013), Najib juga menjelaskan pengangguran di negara tersebut cukup rendah. Inflasi pun tetap terjaga sesuai rencana.
"Fundamental sehat ini diperkuat oleh survei internasional seperti dari Bank Dunia yang memberikan peringkat Malaysia sebagai negara terbaik ke-12 untuk melakukan bisnis," kata Najib.
"Hasil ini mencerminkan kepercayaan investor dalam pengelolaan ekonomi Pemerintah. Berdasarkan proyeksi saat ini, kita ditetapkan untuk mencapai target pembangunan kita lebih cepat dari jadwal," imbuhnya.
Najib mengungkapkan pentingnya industri minyak dan gas dalam mendukung perekonomian. Pemerintah, lanjut Najib, terus mendukung investasi minyak dan gas untuk membentuk kekuatan ekonomi baru ke depan.
"Malaysia siap menjadi negara maju sebelum 2020," tutur Najib.
Negara maju merupakan sebuah 'predikat' negara yang standar hidup masyarakatnya relatif tinggi. Hal ini didukung oleh teknologi tinggi dan ekonomi yang merata.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah mengatakan dirinya tidak terlalu percaya diri Indonesia menjadi negara maju di tahun 2030, seperti yang diyakini Komite Ekonomi Nasional (KEN). SBY baru yakin Indonesia akan berjaya pada tahun 2045, atau satu abad setelah Indonesia merdeka.
"Saya tidak seyakin KEN, namun pada abad 21 Indonesia akan jadi negara maju. Atau tahun 2045 saat satu abad kemerdekaan," kata SBY beberapa waktu lalu.
Label:
Berita Terbaru Didunia
10.38
4 Nama Calon Pengganti Taufiq Kiemas untuk Posisi Ketua MPR
Almarhum Taufiq Kiemas,
Jakarta - PDIP saat ini sedang mencari pengganti Taufiq Kiemas di posisi Ketua MPR. Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang akan menunjuk pengganti almarhum suaminya di pucuk pimpinan MPR.
Wakil Ketua Fraksi PDIP DPR Tubagus Hasanuddin mengatakan saat ini paling tidak ada empat nama yang laik menjadi pengganti Taufiq Kiemas. Dua di antaranya adalah Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo dan Ketua DPP PDIP Sidarto Danusubroto.
"Kita lihat struktur dulu, kalau jabatan tertinggi tertinggi di DPP ya Sekjen Tjahjo Kumolo. Atau paling senior di DPR RI plus ketua DPP ya Pak Sidarto Danusubroto," kata Tubagus kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (11/6/2013).
Selain kedua tokoh PDIP itu, Tubagus juga menilai ada dua tokoh PDIP lainnya yang cocok menjadi Ketua MPR. Mereka adalah Puan Maharani dan Pramono Anung.
"Kita lihat dari struktur dulu, struktur yang ada di DPR ada Pramono Anung wakil ketua DPR, Mbak Puan Maharani Ketua Fraksi, strukturnya seperti itu," ujarnya.
Tubagus mengatakan Megawati yang akan menentukan pengganti Taufiq Kiemas di posisi Ketua MPR. Megawati diyakini akan memilih tokoh yang bisa menjembatani perbedaan di PDIP.
"Siapa nanti dibuat keputusan oleh Ibu Megawati," tuturnya.
10 Keping Jengkol Dibandrol Rp.15.000, Itupun Laku Keras. Saksikan Liputan Lengkapnya di "Reportase Siang" mulai pukul 10.15 WIB, hanya di Trans TV
Label:
Berita Terbaru Didunia
10.34
45 Barang Gratifikasi KPK yang Dilelang Kemenkeu Nilainya Rp 70,2 Juta
Foto: Rista-detikFinance
Jakarta - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) hari ini melelang 45 barang gratifikasi yang diserahkan ke KPK. Lelang dilakukan di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL), Jakarta. Total nilai barang yang dilelang sangat kecil, hanya Rp 70.261.100.
"Hari ini di lelang 45 barang gratifikasi, jam 10.00 mulainya, tapi kalau masih ada peserta yang masih mendaftar dan menyerahkan uang jaminan akan kami tunggu," ucap petugas lelang di kantor KPKNL Jakarta V yang beralamat di Pendopo Kanwil DJKN DKI Jakarta, Jalan Prapatan Nomor 10, Jakarta, Selasa (11/6/2013).
"Kecil mas nilai semua barangnya, cuma 45 barang saja, paling mahal lukisan judul 'Panen Buah' karya Men Sagan dengan nilai limit Rp 12.132.100. Sedangkan paling murah ada 1 buah boneka keramik/porselen dengan nilai limit Rp 57.300," ungkapnya.
Barang-barang gratifikasi KPK ini merupakan laporan/penyerahan dari beberapa pejabat negara dan pegawai negeri sipil (PNS). "Barang-barang ini pencatatan KPK tahun 2012," tandasnya.
Berikut daftar 45 barang yang dilelang:
Lukisan Jadul 'Panen Buah' Karya Men Sagan (1 buah) dengan nilai limit Rp 12.132.100 dan uang jaminan Rp 3 juta
Jam Tangan Merek Tag Heuer (1 buah) dengan nilai limit Rp 8.493.300 dan uang jaminan Rp 3 juta
Laptop Merek LG (1 buah) dengan nilai limit Rp 6.861.200 dan uang jaminan Rp 3 juta
Jam Tangan Merek Raymond Weil dengan nilai limit Rp 5.956.400 dan uang jaminan Rp 3 juta
Stick Golf (6 buah) dengan nilai limit Rp 4.580.600 dan uang jaminan Rp 3 juta
Voucher Belanja Hypermart 1 bendel @100.000 (exp. date 31-12-2014) sebanyak 50 lembar dengan nilai limit Rp 4.029.200 dan uang jaminan Rp 3 juta
Handphone Samsung Galaxy Beam (1 buah) dengan nilai limit Rp 2,801 juta dan uang jaminan Rp 1 juta
Logam Mulia seberat 5 gram (1 buah) dengan nilai limit Rp 2.283.500 dan uang jaminan Rp 1 juta
Voucher Belanja Hypermart 2 bendel @100.000 (exp. date 31-12-2014) sebanyak 25 lembar dengan nilai limit Rp 2.014.600 dan uang jaminan Rp 1 juta
Kain Batik Parang Kencana (1 buah) dengan nilai limit Rp 1.996.200 dan uang jaminan Rp 1 juta
Voucher Belanja Carrefour @100.000 (exp. date 23-6-2013) sebanyak 20 lembar dengan nilai limit Rp 1.359.300 dan uang jaminan Rp 1 juta
Ballpoint Montblanc (1 buah) dengan nilai limit Rp 1.019.500 dan uang jaminan Rp 1 juta
Ballpoint Montblanc (1 buah) dengan nilai limit Rp 1.019.500 dan uang jaminan Rp 1 juta
BlackBerry Curve Davis 9220 (1 buah) dengan nilai limit Rp 987.400 dan uang jaminan Rp 200 ribu
IPod Nano (1 buah) dengan nilai limit Rp 897.100 dan uang jaminan Rp 200 ribu
IPod Nano (1 buah) dengan nilai limit Rp 897.100 dan uang jaminan Rp 200 ribu
IPod Nano (1 buah) dengan nilai limit Rp 897.100 dan uang jaminan Rp 200 ribu
IPod Nano (1 buah) dengan nilai limit Rp 897.100 dan uang jaminan Rp 200 ribu
IPod Nano (1 buah) dengan nilai limit Rp 897.100 dan uang jaminan Rp 200 ribu
IPod Nano (1 buah) dengan nilai limit Rp 897.100 dan uang jaminan Rp 200 ribu
IPod Nano (1 buah) dengan nilai limit Rp 897.100 dan uang jaminan Rp 200 ribu
Parcel Teaset (1 buah) dengan nilai limit Rp 854.400 dan uang jaminan Rp 200 ribu
Kain dan Selendang Songket (1 buah) dengan nilai limit Rp 769 ribu dan uang jaminan Rp 200 ribu
Scarves Hermes (1 buah) dengan nilai limit Rp 668 ribu dan uang jaminan Rp 200 ribu
Parcel (1 buah) dengan nilai limit Rp 603.900 dan uang jaminan Rp 200 ribu
Parcel Merek Vinoti Living (1 buah) dengan nilai limit Rp 522.400 dan uang jaminan Rp 200 ribu
Parcel (1 buah) dengan nilai limit Rp 459.300 dan uang jaminan Rp 200 ribu
Kain Batik Parang Kencana (1 buah) dengan nilai limit Rp 383.500 dan uang jaminan Rp 200 ribu
Kain Batik Parang Kencana (1 buah) dengan nilai limit Rp 383.500 dan uang jaminan Rp 200 ribu
Voucher Belanja Carrefour @100.000 (exp. date 7-8-2013) sebanyak 5 lembar dengan nilai limit Rp 369 ribu dan uang jaminan Rp 200 ribu
Voucher Belanja Carrefour @100.000 (exp. date 2-7-2013) sebanyak 20 lembar dengan nilai limit Rp 359.300 dan uang jaminan Rp 200 ribu
Kotak Perhiasan (1 buah) dengan nilai limit Rp 353.400 dan uang jaminan Rp 200 ribu
Parcel Barang (1 buah) dengan nilai limit Rp 348.600 dan uang jaminan Rp 200 ribu
Kain Batik Parang Kencana (1 buah) dengan nilai limit Rp 333.100 dan uang jaminan Rp 200 ribu
Mutiara (1 buah) dengan nilai limit Rp 291.300 dan uang jaminan Rp 200 ribu
Lampu Hias (1 buah) dengan nilai limit Rp 291.300 dan uang jaminan Rp 200 ribu
Parcel Barang (1 buah) dengan nilai limit Rp 274.800 dan uang jaminan Rp 200 ribu
Teh China (1 buah) dengan nilai limit Rp 250.500 dan uang jaminan Rp 200 ribu
Voucher Belanja Carrefour @100.000 (exp. date 7-8-2013) sebanyak 3 lembar dengan nilai limit Rp 227.200 dan uang jaminan Rp 200 ribu
Voucher Belanja Carrefour @100.000 (exp. date 7-8-2013) sebanyak 3 lembar dengan nilai limit Rp 227.200 dan uang jaminan Rp 200 ribu
Mug Keramik (1 buah) dengan nilai limit Rp 118.500 dan uang jaminan Rp 50 ribu
Mug (1 buah) dengan nilai limit Rp 118.500 dan uang jaminan Rp 50 ribu
Jilbab (1 buah) dengan nilai limit Rp 116.600 dan uang jaminan Rp 50 ribu
Kain Batik (1 buah) dengan nilai limit Rp 67 ribu dan uang jaminan Rp 50 ribu
Boneka Keramik/Porselen dengan nilai limit Rp 57.300 dan uang jaminan Rp 50 ribu
Label:
Berita Terbaru Didunia
21.48
Seorang Gadis Dibunuh dan Dibakar Pacarnya di Deli Serdang
Deli Serdang - Seorang gadis di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara (Sumut), menjadi korban pembunuhan yang dilakukan pacarnya sendiri. Mayat korban juga dibakar pelaku.
Kasus ini terungkap setelah warga curiga dengan bau busuk yang berasal dari rumah kontrakan di Jalan Pusaka, Bandar Kalifah, Deli Serdang. Rumah ini selama ini diketahui dikontrak Deni Syahputra.
Meyakini bau busuk itu berasal dari mayat yang ada di dalam rumah, warga lantas membongkar tembok rumah itu saat Deni sedang tidak ada di rumah, Senin (3/6/2013) sore.
Benar saja, ditemukan ada sosok mayat yang sudah terbakar di kamar mandi. Warga kemudian bersiasat dan mengabari polisi. Saat Deni pulang dengan mengendarai motor, dia langsung ditangkap.
“Tersangka pelaku sudah diamankan, saat ini sedang dalam pemeriksaan,” kata Kepala Unit Reserse Kriminal Polsekta Percut Sei Tuan, AKP Faidir Chaniago kepada wartawan.
Mayat perempuan yang ada di kamar mandi tersebut diyakini sebagai Lia Rahmadani (16), warga pasar VII, Tembung. Kondisi mayat saat ditemukan sudah sangat rusak saat dievakuasi petugas untuk dibawa ke RSU Pirngadi, Medan. Korban diduga dibunuh tersangka dengan cara dijerat lehernya pada Jumat (31/5/2013), tetapi polisi masih mendalami informasi ini.
Simak rangkuman beragam peristiwa penting & menarik sepanjang hari ini di "Reportase Malam" pukul 1.30 WIB hanya di Trans TV
Label:
Berita Terbaru Didunia
17.23
Presiden SBY Pantau Kasus Bom Bunuh Diri di Mapolres Poso
Presiden SBY Pantau Kasus Bom Bunuh Diri di Mapolres Poso
Mega Putra Ratya - detikNews
Sisa ledakan bom bunuh diri di Mapolres Poso.
Jakarta - Bom bunuh diri meledak di halaman Polres Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng). Presiden SBY mengikuti perkembangan kasus tersebut dari laporan terkini yang dilaporkan Mabes Polri.
"Presiden mengikuti penjelasan dan update perkembangan penanganan dari Polri," ujar Jubir Presiden SBY Julian Aldrin Pasha dalam pesan singkat yang diterima detikcom, Senin (3/5/2013).
Sejauh ini menurut Julian belum ada instruksi langsung presiden kepada kapolri terkait kasus tersebut. Julian enggan menjelaskan lebih detil mengenai apa saja yang menjadi perhatia presiden.
Sebelumnya diberitakan peristiwa ini terjadi pada pukul 08.03 Wita, Senin (3/6/2013) di Mapolres Poso. Ada dua ledakan, ledakan pertama seperti petasan. Di bagian mesin motor yang dikendarai pelaku keluar asap. Kemudian terjadi ledakan besar hingga orang yang diduga pelaku hancur tubuhnya.
Tak ada anggota kepolisian yang terluka. Hanya pekerja bangunan yang sedang melakukan renovasi terluka lengannya.
Diduga pelaku merupakan anggota kelompok Santoso yang biasa beroperasi di kawasan Poso. Santoso saat ini masih buron. Dia diduga bertanggung jawab dalam serangkaian aksi bom dan kekerasan di Poso. Baru-baru ini, polisi menangkap sejumlah orang di beberapa lokasi di Indonesia yang diduga bagian dari jaringan Santoso.
Dilecehkan Kepala Sekolah, 3 Siswi SMK Mengadu ke Pemkot Bandung. Ikuti reportase lengkapnya di Reportase Sore pukul 16.30 WIB di TRANS TV
Label:
Berita Terbaru Didunia
16.48
Ini Dia Bank-bank Terbaik RI Tahun 2013
Ini Dia Bank-bank Terbaik RI Tahun 2013
Maikel Jefriando - detikfinance
Senin, 03/06/2013 16:18 WIB
http://images.detik.com/content/2013/06/03/5/161701_bank.jpeg
Jakarta - Majalah Infobank merilis rating 120 bank terbaik tahun 2013. Rating berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan tahun 2012. Beberapa kriterianya adalah permodalan (CAR), aktiva produktif (NPL dan pemenuhan PPAP), Rentabilitas (ROA dan ROE, likuiditas (LDR) dan efisiensi.
Bank dibagi atas 4 bagian atau buku (bank berdasarkan kegiatan usaha). Buku 4 adalah bank dengan modal inti di atas Rp30 triliun. Dari total 4 bank yang dikaji, PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) berada di posisi sangat bagus
Buku 3 dengan modal inti Rp 5 - 30 triliun. Dimana total yang dikaji adalah 11 bank dan beprpredikat sangat bagus adalah Bank BTPN.
Selanjutnya adalah buku 2 dengan modal inti Rp 1 - 5 triliun. Total bank di buku ini ada 50 bank dengan predikat sangat bagus dipegang oleh Bank BPD Bali.
Sementara buku 1 diukur dengan modal inti dibawah Rp1 triliun. Ada 60 bank yang dikaji dan menghasilkan prediket sangat bagus adalah Bank Bengkulu.
"Mayoritas bank berhasil memanfaatkan momentum pertumbuhan ketika situasi ekonomi makro makin kondusif," kata Direktur Biro Riset Infobank Eko B Supriyanto dalam konferensi pers rating 120 bank versi infobank 2013, di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Senin (3/6/2013)
Berikut bank dengan predikat sangat bagus berdasarkan buku :
Buku 4
1. BRI
2. Bank Mandiri
3. Bank Negara Indonesia
4. Bank Central Asia
Buku 3
1. Bank BTPN
2. Bank CIMB Niaga
3. Bank Tabungan Negara
4. Permata Bank
5. Bank OCBC NISP
Buku 2
1. Bank BPD Bali
2. Bank Jateng
3. Bank Mestika
4. Bank Syariah Mandiri
5. Bank Muamalat
Buku 1
1. Bank Bengkulu
2. Bank Sulut
3. Bank Mega Syariah
4. Panin Bank Syariah
5. Bank Bumi Arta
Label:
Berita Terbaru Didunia
16.38
Ini Darinne, Mahasiswi yang Tersangkut Suap Seks Dosen di Singapura
Ini Darinne, Mahasiswi yang Tersangkut Suap Seks Dosen di Singapura
Rachmadin Ismail - detikNews
Straits Times
Singapura - Mantan dosen universitas ternama di Singapura dijatuhi vonis 5 bulan penjara dan denda SGD 514 karena menerima gratifikasi seks dari mahasiswinya. Ini pengakuan mahasiswi tersebut.
Sang dosen yang bernama Tey Tsun Hang (42) adalah mantan pengajar di National University of Singapore (NUS). Dia bersalah karena didakwa menerima empat jenis gratifikasi, termasuk seks dari mahasiswinya, Darinne Ko.
Diberitakan Straits Times, Darinne yang masih berusia 23 tahun sempat bersaksi di pengadilan beberapa waktu lalu. Dia menceritakan soal aktivitas seks yang dilakukan dengan sang dosen pada tahun 2010, termasuk pemberian barang mewah.
Pertemuan Darinne dan Tey terjadi saat makan siang. Kala itu, Tey memberi tahu Darinne soal prestasinya di kelas yang jeblok. Wanita berkacamata itu duduk di rangking ke-17.
Setelah itu, terjadilah beberapa pertemuan intim lainnya. Hingga akhirnya Darinne mengaku hilang keperawanan saat melakukan hubungan seks dengan Tey di kantornya di kampus NUS pada Juli 2010. Sejak itu, Darinne juga kerap memberi hadiah, termasuk pulpen senilai US$ 740 bermerek Montblanc saat Tey ulang tahun.
Sebagai timbal baliknya, Tey memberikan nilai akademik yang baik bagi Darinne.
Hakim menyebut Tey tidak jujur dan tidak dapat dipercaya. Dengan sengaja, Tey memanfaatkan mahasiswinya demi keuntungan pribadi. Tey dinyatakan bersalah pada Selasa (28/5) lalu karena telah melakukan tindak korupsi dalam kasus ini, dengan menerima berbagai gratifikasi dari Darinne. Vonis hukumannya baru dibacakan hari ini.
Dilecehkan Kepala Sekolah, 3 Siswi SMK Mengadu ke Pemkot Bandung. Ikuti reportase lengkapnya di Reportase Sore pukul 16.30 WIB di TRANS TV
Label:
Berita Terbaru Didunia
16.32
Keliling Jakarta, Jokowi Melihat Pengerukan Ciliwung di Istiqlal!
Hari ke-231 Jokowi
Keliling Jakarta, Jokowi Melihat Pengerukan Ciliwung di Istiqlal
Mulya Nurbilkis - detikNews
Jakarta - Gubernur Jokowi berkeliling Jakarta sore ini. Dengan menumpang Innova hitamnya Jokowi melintas di Jl Sudirman-Thamrin lalu mengarah ke Jembatan Tiga Raya. Dalam perjalanan itu Jokowi sempat turun sebentar untuk mengecek pengerukan Kali Ciliwung di depan Masjid Istiqlal.
Jokowi meninggalkan Balaikota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (3/6/2013) sekitar pukul
13.47 WIB. Dengan didampingi ajudannya, Jokowi yang mengenakan kemeja putih dan celana hitam ini kemudian naik ke mobil Innova hitam bernomor polisi B 1124 BH. Beberapa mobil wartawan mengikuti mobil dinas Jokowi tersebut.
Mobil Jokowi kemudian bergerak ke arah Jl Thamrin, mengambil jalur lambat mengarah Semanggi lantas meluncur ke Senayan. Mobil Jokowi ini berputar di Patung Pemuda dan kembali lagi ke arah Monas. Setibanya di Monas, Jokowi terkena macet. Mobil ini kemudian bergerak ke arah Istiqlal.
Di depan Masjid Istiqlal Jokowi sempat turun sebentar untuk mengecek pengerukan kali Ciliwung di kawasan itu. Dia sempat berbincang sebentar dengan pekerja yang sedang melakukan pengerukan kali. Terlihat sebuah alat berat, mobil truk dan bekas-bekas kerukan kali Ciliwung membekas di badan jalan.
"Ayo naik lagi, nanti macet," kata Jokowi pada wartawan yang mengikutinya.
Jokowi kemudian masuk lagi ke dalam mobil Innova dan melaju ke arah Jembatan Tiga. Belum diketahui ke mana Jokowi akan pergi karena menurut agenda tidak ada acara Jokowi sore ini.
Dilecehkan Kepala Sekolah, 3 Siswi SMK Mengadu ke Pemkot Bandung. Ikuti reportase lengkapnya di Reportase Sore pukul 16.30 WIB di TRANS TV
Label:
Berita Terbaru Didunia
16.23
Pembuat dan Penyebar Surat Perintah Ritual Seks PNS Bandung Ditangkap!!
Foto: baban gandapurnama/detikcom
Bandung - Polisi mengungkap kasus pemalsuan surat perintah berisi ritual seks bebas yang mencatut nama kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah (Perpusarda) Kota Bandung. Pelaku berinisial GL (26) dan saat ini masih diperiksa di Mapolrestabes Bandung.
"Berkaitan isu sekte seks bebas ini hasil penyelidikan yang kami lakukan menetapkan GL sebagai tersangka. Dia melakukan pemalsuan surat itu," jelas Kapolrestabes Bandung Kombes Pol Abdul Rakhman Baso kepada wartawan di Mapolrestabes Bandung, Senin (3/6/2013).
Menurut Abdul, kasus ini terungkap setelah jajaran Satreskrim Polrestabes Bandung menggeledah kamar indekos GL di kawasan Caringin Bandung. Polisi menemukan sejumlah salinan surat berkop Perpusarda dan stempel Pemkot Bandung. Surat dibuat di sebuah warnet.
Polisi mengecek lokasi warnet itu dan memeriksa CPU. Ternyata di dalam CPU terlacak jejak-jejak file dokumen surat palsu. Petugas warnet yang berstatus saksi ini mengakui GL pernah datang dan memintanya mengetik surat-surat perintah palsu yang mencatut Perpusarda Kota Bandung.
Barang bukti dokumen palsu yang disita polisi antara lain dua lembar daftar penilaian jemaah kantor Perpusarda, enam lembar penilaian pelaksanaan seks bebas, tiga lembar piagam penghargaan ritual seks bebas, stempel Pemkot Bandung Kantor Perpusatakaan dan Arsip Daerah. Selain itu dua unit CPU komputer warna hitam, satu lembar hadir apel pagi pegawai kantor Perpusarda, satu print out folder daftar seks bebas, satu print out amplop kantor Perpusarda, dan satu foto tersangka GL.
Surat perintah menggelar ritual seks bebas di kalangan PNS Bandung mirip surat-surat edaran resmi dan muncul seminggu belakangan. Ada kop pemkot plus materai Rp 6 ribu.
Di bagian kanan surat tertanggal 31 Januari 2013 itu terdapat logo Pemkot Bandung, perpaduan warna kuning dan biru. Sesuai dengan asal surat, yakni Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah, surat itu mencantumkan di Jalan Caringin. Persis seperti alamat instansi tersebut. Isi surat berupa 'Perintah', bernomor 041/019-C-Kapuserda.
Merasa dicemarkan nama dan instansinya, Kepala Perpusda M Anwar melapor ke polisi, Rabu (29/5) lalu.
Dilecehkan Kepala Sekolah, 3 Siswi SMK Mengadu ke Pemkot Bandung. Ikuti reportase lengkapnya di Reportase Sore pukul 16.30 WIB di TRANS TV
Label:
Berita Terbaru Didunia
16.57
Sean Parker menikah dengan seorang penyanyi bernama Alexandra Lenas. Persta pernikahan dilangsungkan di Ventana Inn & Spa, California dengan dekorasi super mewah ala artis Hollywood.
Dikutip detikWORLD dari New York Daily News, Minggu (2/6/2013), pasangan tersebut juga menyewa desainer kostum dari Hollywood, Ngila Dickson. Adapun jumlah undangannya di kisaran 300 orang.
Memang Sean Parker termasuk orang kaya di industri teknologi. Lelaki berumur 33 tahun itu diestimasi punya harta total senilai USD 2 miliar.
Parker bergabung dengan Facebook pada tahun 2004 dan menjadi presiden pertama. Namun dia mengundurkan diri setahun kemudian.
Parker sebelumnya pernah menjadi penasehat di Friendster, jejaring sosial yang kini tenggelam. Dia kemudian bertemu dengan Mark Zuckerberg dan menjadi presiden pertama Facebook. Zuckerberg sendiri belum lama ini menikah dengan gadis keturunan Asia, Priscilla Chan.
Miliuner Facebook Habiskan Biaya Pernikahan Rp 97 Miliar
Sean Parker dan istri (ist)
Jakarta - Sean Parker, presiden pertama
Facebook dan pendiri website berbagi musik Napster menikah dalam sebuah
pesta meriah. Kabarnya, biaya pernikahan Sean senilai USD 10 juta atau
sekitar Rp 97 miliar.Sean Parker menikah dengan seorang penyanyi bernama Alexandra Lenas. Persta pernikahan dilangsungkan di Ventana Inn & Spa, California dengan dekorasi super mewah ala artis Hollywood.
Dikutip detikWORLD dari New York Daily News, Minggu (2/6/2013), pasangan tersebut juga menyewa desainer kostum dari Hollywood, Ngila Dickson. Adapun jumlah undangannya di kisaran 300 orang.
Memang Sean Parker termasuk orang kaya di industri teknologi. Lelaki berumur 33 tahun itu diestimasi punya harta total senilai USD 2 miliar.
Parker bergabung dengan Facebook pada tahun 2004 dan menjadi presiden pertama. Namun dia mengundurkan diri setahun kemudian.
Parker sebelumnya pernah menjadi penasehat di Friendster, jejaring sosial yang kini tenggelam. Dia kemudian bertemu dengan Mark Zuckerberg dan menjadi presiden pertama Facebook. Zuckerberg sendiri belum lama ini menikah dengan gadis keturunan Asia, Priscilla Chan.
Label:
Berita Terbaru Didunia
16.53
Laga Perpisahan Mourinho di Madrid Berakhir dengan Kemenangan
Laga perpisahan Jose Mourinho bersama Real Madrid berakhir dengan manis. Los Blancos menang 4-2 atas tamunya, Osasuna di laga terakhir La Liga musim 2012/13.
Lebih mengandalkan pemain muda seperti kiper Jesus Fernandes, Madrid sempat kesulitan di menit awal. Namun akhirnya mereka bisa mencetak gol lewat Gonzalo Higuain di menit 35 yang memanfaatkan umpan Angel di Maria.
Selang tiga menit, El Real bisa menggandakan kedudukan lewat Michael Essien yang menyambut sepak pojok Mesut Oezil.
Memasuki babak kedua, Osasuna mulai bangkit dan bisa mencetak gol lewat Roberto Torres di menit 52. Tim tamu bahkan bisa menyamakan kedudukan lewat Alvaro Cejudo di menit 63 setelah sundulannya gagal ditangkap Jesus.
Lebih mengandalkan pemain muda seperti kiper Jesus Fernandes, Madrid sempat kesulitan di menit awal. Namun akhirnya mereka bisa mencetak gol lewat Gonzalo Higuain di menit 35 yang memanfaatkan umpan Angel di Maria.
Selang tiga menit, El Real bisa menggandakan kedudukan lewat Michael Essien yang menyambut sepak pojok Mesut Oezil.
Memasuki babak kedua, Osasuna mulai bangkit dan bisa mencetak gol lewat Roberto Torres di menit 52. Tim tamu bahkan bisa menyamakan kedudukan lewat Alvaro Cejudo di menit 63 setelah sundulannya gagal ditangkap Jesus.
Namun skor 2-2 tak
bertahan lama, Madrid kembali unggul lewat Karim Benzema di menit 69.
Los Blancos akhirnya memastikan mendapatkan tiga poin setelah Jose
Callejon mencetak gol di menit 87 lewat serangan balik.
Skor 4-2 pun bertahan hingga usai. Kemenangan ini sekaligus menutup musim 2012/13 Madrid dengan 85 poin dari 38 laga. Sepanjang musim, anak asuh Mourinho meraih 26 kemenangan, 7 kali seri dan 5 kali kalah.
Susunan Pemain:
Real Madrid: Jesus, Arbeloa (85' Diego Llorente), Carvalho, Albiol, Essien, Modric, Di Maria (46' Nacho), Ozil (81' Omar Mascarell), Callejon, Higuain, Benzema.
Osasuna: Riesgo (75' Ricardo); Oier, Ruben, Unai, Nano; Silva, Timor; Cejudo, Torres, Armenteros; Joseba Llorente (46' Manu Omwu).
Skor 4-2 pun bertahan hingga usai. Kemenangan ini sekaligus menutup musim 2012/13 Madrid dengan 85 poin dari 38 laga. Sepanjang musim, anak asuh Mourinho meraih 26 kemenangan, 7 kali seri dan 5 kali kalah.
Susunan Pemain:
Real Madrid: Jesus, Arbeloa (85' Diego Llorente), Carvalho, Albiol, Essien, Modric, Di Maria (46' Nacho), Ozil (81' Omar Mascarell), Callejon, Higuain, Benzema.
Osasuna: Riesgo (75' Ricardo); Oier, Ruben, Unai, Nano; Silva, Timor; Cejudo, Torres, Armenteros; Joseba Llorente (46' Manu Omwu).
Label:
Berita Terbaru Didunia
16.50
Rider Yamaha tersebut langsung memulai sesi kualifikasi, Sabtu (1/6/2013) malam WIB, dengan mengilap setelah mengemas waktu 1 menit 47,6 detik dalam putaran pertamanya.
Catatan waktu tersebut kemudian Lorenzo pertajam dua kali. Tetapi itu rupanya tidak cukup. Pedrosa yang membalap untuk Repsol Honda pada prosesnya tercatat sebagai yang tercepat, dan berhak atas posisi start terdepan.
"Aku benar-benar tak menyangka ketika membuat (satu menit) 47,6 (detik) di lap pertama," katanya di Crash.
"Aku tidak menduga akan melaju secepat itu, tapi aku juga tidak menyangka Dani bisa sedemikian cepat di lap terakhir. Aku sempat menduga akan tetap dapat pole. Tapi terkadang memang seperti itu," lanjut Lorenzo
Selama dua musim terakhir Lorenzo berhasil tampil jadi pemenang di Mugello. Menilik laju Pedrosa saat ini, Lorenzo tahu takkan mudah buatnya untuk bisa melengkapi "hat-trick" di lintasan tersebut.
"Yang terpenting adalah membuat start bagus besok (Minggu), melesat ke depan dan kemudian menjauh jika bisa. Jika itu tak memungkinkan, balapan berjalan panjang dan kami harus konsisten."
"Kami mesti meningkatkan detil-detil kecil, tapi secara umum motornya lebih bagus di sini dibandingkan dengan di lintasan-lintasan lain."
"Kami masih sedikit kurang oke ketika cuacanya agak panas, kami tidak memiliki daya cengkeram yang sama. Tapi bahkan dengan masalah itu, kami masih tetap kompetitif, di latihan bebas dan juga di kualifikasi," tegasnya.
Lorenzo Tak Sangka Pedrosa Akan Mengunggulinya
Lorenzo Tak Sangka Pedrosa Akan Mengunggulinya
Arman Juanda- detikworld
Getty Images/Mirco Lazzari
Mugello - Laju dan catatan waktu Jorge Lorenzo
dalam kualifikasi MotoGP Italia sebenarnya terbilang sip. Itu mengapa ia
cukup kaget ketika akhirnya dikalahkan Dani Pedrosa.Rider Yamaha tersebut langsung memulai sesi kualifikasi, Sabtu (1/6/2013) malam WIB, dengan mengilap setelah mengemas waktu 1 menit 47,6 detik dalam putaran pertamanya.
Catatan waktu tersebut kemudian Lorenzo pertajam dua kali. Tetapi itu rupanya tidak cukup. Pedrosa yang membalap untuk Repsol Honda pada prosesnya tercatat sebagai yang tercepat, dan berhak atas posisi start terdepan.
"Aku benar-benar tak menyangka ketika membuat (satu menit) 47,6 (detik) di lap pertama," katanya di Crash.
"Aku tidak menduga akan melaju secepat itu, tapi aku juga tidak menyangka Dani bisa sedemikian cepat di lap terakhir. Aku sempat menduga akan tetap dapat pole. Tapi terkadang memang seperti itu," lanjut Lorenzo
Selama dua musim terakhir Lorenzo berhasil tampil jadi pemenang di Mugello. Menilik laju Pedrosa saat ini, Lorenzo tahu takkan mudah buatnya untuk bisa melengkapi "hat-trick" di lintasan tersebut.
"Yang terpenting adalah membuat start bagus besok (Minggu), melesat ke depan dan kemudian menjauh jika bisa. Jika itu tak memungkinkan, balapan berjalan panjang dan kami harus konsisten."
"Kami mesti meningkatkan detil-detil kecil, tapi secara umum motornya lebih bagus di sini dibandingkan dengan di lintasan-lintasan lain."
"Kami masih sedikit kurang oke ketika cuacanya agak panas, kami tidak memiliki daya cengkeram yang sama. Tapi bahkan dengan masalah itu, kami masih tetap kompetitif, di latihan bebas dan juga di kualifikasi," tegasnya.
Label:
Berita Terbaru Didunia
16.41
Kumpulan Puisi-Puisi Amir Hamzah
PADAMU JUA
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali aku pada-Mu
Seperti dahulu
Kaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu
Satu kekasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa
Dimana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya merangkai hati
Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar dengan lepas
Nanar aku gila sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara dibalik tirai
Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu - bukan giliranku
Mati hati - bukan kawanku……….
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali aku pada-Mu
Seperti dahulu
Kaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu
Satu kekasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa
Dimana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya merangkai hati
Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar dengan lepas
Nanar aku gila sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara dibalik tirai
Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu - bukan giliranku
Mati hati - bukan kawanku……….
Subuh
Kalau subuh kedengaran tabuh
Semua sepi sunyi sekali
Bulan seorang tertawa terang
Bintang mutiara bermain cahaya
Terjaga aku tersentak duduk
Terdengar irama panggilan jaya
Naik Gembira meremang roma
Terlihat panji terkibar dimuka
Seketika teralpa
Masuk bisik hembusan setan
Meredakan darah debur gemuruh
Menjatuhkan kelopak mata terbuka
Terbaring badanku tiada berkuasa
Tertutup mataku berat semata
Terbuka layar gelanggang angan
Terulik hatiku didalam kelam
Tetapi hatiku, hatiku kecil
Tiada terlayang di awang dendang
Menangis ia [...]
Semua sepi sunyi sekali
Bulan seorang tertawa terang
Bintang mutiara bermain cahaya
Terjaga aku tersentak duduk
Terdengar irama panggilan jaya
Naik Gembira meremang roma
Terlihat panji terkibar dimuka
Seketika teralpa
Masuk bisik hembusan setan
Meredakan darah debur gemuruh
Menjatuhkan kelopak mata terbuka
Terbaring badanku tiada berkuasa
Tertutup mataku berat semata
Terbuka layar gelanggang angan
Terulik hatiku didalam kelam
Tetapi hatiku, hatiku kecil
Tiada terlayang di awang dendang
Menangis ia [...]
Insyaf
Segala kupinta tiada kauberi
Segala kutanya tiada kau sahuti
Butalah aku terdiri sendiri
Penuntun tiada memimpin jari
Maju mundur tiada berdaya
Sempit bumi dunia raya
Runtuh ripuk astana cuaca
Kureka gembira di lapangan dada
Buta tuli bisu kelu
Tertahan aku dimuka dewala
Tertegun aku di jalan buntu
Tertebas putus sutera sempana
Besar benar salah arahku
Hampir tertahan tumpah berkahmu
Hampir tertutup pintu restu
Gapura rahsia jalan bertemu
Insyaf diriku dera durhaka
Gugur [...]
Segala kutanya tiada kau sahuti
Butalah aku terdiri sendiri
Penuntun tiada memimpin jari
Maju mundur tiada berdaya
Sempit bumi dunia raya
Runtuh ripuk astana cuaca
Kureka gembira di lapangan dada
Buta tuli bisu kelu
Tertahan aku dimuka dewala
Tertegun aku di jalan buntu
Tertebas putus sutera sempana
Besar benar salah arahku
Hampir tertahan tumpah berkahmu
Hampir tertutup pintu restu
Gapura rahsia jalan bertemu
Insyaf diriku dera durhaka
Gugur [...]
Ibuku Dehulu
Ibuku dehulu marah padaku
Diam ia tiada berkata
Akupun lalu merajuk pilu
Tiada perduli apa terjadi
Matanya terus mengawas daku
Walaupun bibirnya tiada bergerak
Mukanya masam menahan sedan
Hatinya pedih karena lakuku
Terus aku berkesal hati
Menurutkan setan mengacau balau
Jurang celaka terpandang dimuka
Kusongsong juga-biar cedera
Bangkit ibu dipegangnya aku
Dirangkumnya segera dikucupnya serta
Dahiku berapi pancaran neraka
Sejak sentosa turun ke kalbu
Demikian engkau:
Ibu, bapa, kekasih [...]
Diam ia tiada berkata
Akupun lalu merajuk pilu
Tiada perduli apa terjadi
Matanya terus mengawas daku
Walaupun bibirnya tiada bergerak
Mukanya masam menahan sedan
Hatinya pedih karena lakuku
Terus aku berkesal hati
Menurutkan setan mengacau balau
Jurang celaka terpandang dimuka
Kusongsong juga-biar cedera
Bangkit ibu dipegangnya aku
Dirangkumnya segera dikucupnya serta
Dahiku berapi pancaran neraka
Sejak sentosa turun ke kalbu
Demikian engkau:
Ibu, bapa, kekasih [...]
Barangkali
Engkau yang lena dalam hatiku
Akasa swarga nipis-tipis
Yang besar terangkum dunia
kecil terlindung alis
Kujunjung di atas hulu
Kupuji di pucuk lidah
Kupangku di lengan lagu
Kudaduhkan di selendang dendang
Bangkit Gunung
Buka mata-mutira-mu
Sentuh kecapi lirdusi
Dengan jarimu menirus halus
Biar siuman dewi-nyanyi
Gambuh asmara lurus lampai
Lemah ramping melidah api
Halus harum mengasap keramat
Mari menari dara asmara
Biar terdengar swara swarna
Barangkali mati di pantai hati
Gelombang kenang membanting diri
Akasa swarga nipis-tipis
Yang besar terangkum dunia
kecil terlindung alis
Kujunjung di atas hulu
Kupuji di pucuk lidah
Kupangku di lengan lagu
Kudaduhkan di selendang dendang
Bangkit Gunung
Buka mata-mutira-mu
Sentuh kecapi lirdusi
Dengan jarimu menirus halus
Biar siuman dewi-nyanyi
Gambuh asmara lurus lampai
Lemah ramping melidah api
Halus harum mengasap keramat
Mari menari dara asmara
Biar terdengar swara swarna
Barangkali mati di pantai hati
Gelombang kenang membanting diri
Hanya Satu
Timbul niat dalam kalbumu
Terban hujan, ungkai badai
Terendam karam
Runtuh ripuk tamanmu rampak
Manusia kecil lintang pukang
Lari terbang jatuh duduk
Air naik tetap terus
Tumbang bungkar pokok purba
Teriak riuh redam terbelam
Dalam gegap gempita guruh
Kilau kilat membelah gelap
Lidah api menjulang tinggi
Terapung naik jung bertudung
Tempat berteduh nuh kekasihmu
Bebas lepas lelang lapang
Di tengah gelisah, swara sentosa
***
Bersemayam sempana di jemala gembala
Duriat jelita bapakku Ibrahim
Keturunan intan dua cahaya
Pancaran putera berlainan bunda .
Kini kami bertikai pangkai
Di antara dua, mana mutiara
Jauhari ahli lalai menilai
Lengah langsung melewat abad.
Aduh kekasihku
Padaku semua tiada berguna
Merasa dikau dekat rapat
Serupa Musi di puncak Tursina
Terban hujan, ungkai badai
Terendam karam
Runtuh ripuk tamanmu rampak
Manusia kecil lintang pukang
Lari terbang jatuh duduk
Air naik tetap terus
Tumbang bungkar pokok purba
Teriak riuh redam terbelam
Dalam gegap gempita guruh
Kilau kilat membelah gelap
Lidah api menjulang tinggi
Terapung naik jung bertudung
Tempat berteduh nuh kekasihmu
Bebas lepas lelang lapang
Di tengah gelisah, swara sentosa
***
Bersemayam sempana di jemala gembala
Duriat jelita bapakku Ibrahim
Keturunan intan dua cahaya
Pancaran putera berlainan bunda .
Kini kami bertikai pangkai
Di antara dua, mana mutiara
Jauhari ahli lalai menilai
Lengah langsung melewat abad.
Aduh kekasihku
Padaku semua tiada berguna
Merasa dikau dekat rapat
Serupa Musi di puncak Tursina
Permainanmu
Kaukeraskan kalbunya
Bagai batu membesi benar
Timbul telangkaimu bertongkat urat
Ditunjang pengacara petah pasih
Dihadapanmu lawanmu
Tongkatnya melingkar merupa ular
Tangannya putih, putih penyakit
Kekayaanmu nyata,terlihat terang
Kekasihmu ditindasnya terns
Tangan,tapi tersembunyi
Mengunci bagi paten
Kalbu ratu rat rapat
Kaupukul raja-dewa
Sembilan cambuk melecut dada
Putera-mula peganti diri
Pergi kembaii ke asal asli
Bertanya aku kekasihku
Permainan engkau permainkan
Kautulis kaupaparkan
Kausampaikan dengan lisan
Bagaimana aku menimbang
Kaulipu lipatkan
Kaukelam kabutkan
Kalbu ratu dalam genggammu
Kauhamparkan badan
Ditubir bibir pantai permai
Raja ramses penaka durjana
Jadi tanda di hari muka
Bagaimana aku menimbang
Kekasihku astana sayang
Ratu restu telaga sempurna
Kekasihku mengunci hati
Bagi tali disimpul mati.
Bagai batu membesi benar
Timbul telangkaimu bertongkat urat
Ditunjang pengacara petah pasih
Dihadapanmu lawanmu
Tongkatnya melingkar merupa ular
Tangannya putih, putih penyakit
Kekayaanmu nyata,terlihat terang
Kekasihmu ditindasnya terns
Tangan,tapi tersembunyi
Mengunci bagi paten
Kalbu ratu rat rapat
Kaupukul raja-dewa
Sembilan cambuk melecut dada
Putera-mula peganti diri
Pergi kembaii ke asal asli
Bertanya aku kekasihku
Permainan engkau permainkan
Kautulis kaupaparkan
Kausampaikan dengan lisan
Bagaimana aku menimbang
Kaulipu lipatkan
Kaukelam kabutkan
Kalbu ratu dalam genggammu
Kauhamparkan badan
Ditubir bibir pantai permai
Raja ramses penaka durjana
Jadi tanda di hari muka
Bagaimana aku menimbang
Kekasihku astana sayang
Ratu restu telaga sempurna
Kekasihku mengunci hati
Bagi tali disimpul mati.
Turun Kembali
Kalau aku dalam engkau
Dan engkau dalam aku
Adakah begini jadinya
Aku hamba engkau penghulu?
Aku dan engkau berlainan
Engkau raja, maha raya
Cahaya halus tinggi mengawang
Pohon rindang menaung dunia
Di bawah teduh engkau kembangkan
Aku berhenti memati hari
Pada bayang engkau mainkan
Aku melipur meriang hati
Diterangi cahaya engkau sinarkan
Aku menaiki tangga mengawan
Kecapi firdusi melena telinga
Menyentuh gambuh dalam hatiku
Terlihat ke bawah.
Kandil kemerlap
Melambai cempaka ramai tertawa
Hati duniawi melambung tinggi
Berpaling aku turun kembali.
Dan engkau dalam aku
Adakah begini jadinya
Aku hamba engkau penghulu?
Aku dan engkau berlainan
Engkau raja, maha raya
Cahaya halus tinggi mengawang
Pohon rindang menaung dunia
Di bawah teduh engkau kembangkan
Aku berhenti memati hari
Pada bayang engkau mainkan
Aku melipur meriang hati
Diterangi cahaya engkau sinarkan
Aku menaiki tangga mengawan
Kecapi firdusi melena telinga
Menyentuh gambuh dalam hatiku
Terlihat ke bawah.
Kandil kemerlap
Melambai cempaka ramai tertawa
Hati duniawi melambung tinggi
Berpaling aku turun kembali.
Karena Kasihmu
Karena kasihmu
Engkau tentukan waktu
Sehari lima kali kita bertemu
Aku anginkan rupamu
Kulebihi sekali
Sebelum cuaca menali sutera
Berulang-ulang kuintai-intai
Terus-menerus kurasa-rasakan
Sampai sekarang tiada tercapai
Hasrat sukma idaman badan
Pujiku dikau laguan kawi
Datang turun dari datuku
Diujung lidah engkau letakkan
Piatu teruna ditengah gembala
Sunyi sepi pitunang poyang
Tadak meretak dendang dambaku
Layang lagu tiada melangsing
Haram gemerencing genta rebana
Hatiku, hatiku
Hatiku sayang tiada bahagia
Hatiku kecil berduka raya
Hilang ia yang dilihatnya.
Engkau tentukan waktu
Sehari lima kali kita bertemu
Aku anginkan rupamu
Kulebihi sekali
Sebelum cuaca menali sutera
Berulang-ulang kuintai-intai
Terus-menerus kurasa-rasakan
Sampai sekarang tiada tercapai
Hasrat sukma idaman badan
Pujiku dikau laguan kawi
Datang turun dari datuku
Diujung lidah engkau letakkan
Piatu teruna ditengah gembala
Sunyi sepi pitunang poyang
Tadak meretak dendang dambaku
Layang lagu tiada melangsing
Haram gemerencing genta rebana
Hatiku, hatiku
Hatiku sayang tiada bahagia
Hatiku kecil berduka raya
Hilang ia yang dilihatnya.
Sebab Dikau
Kasihkan hidup sebab dikau
Segala kuntum mengoyak kepak
Membunga cinta dalam hatiku
Mewangi sari dalam jantungku
Hidup seperti mimpi
Laku lakon di layar terkelar
Aku pemimpi lagi penari
Sedar siuman bertukar-tukar
Maka merupa di datar layar
Wayang warna menayang rasa
Kalbu rindu turut mengikut
Dua sukma esa-mesra
Aku boneka engkau boneka
Penghibur dalang mengatur tembang
Di layar kembang bertukar pandang
Hanya selagu, sepanjang dendang
Golek gemilang ditukarnya pula
Aku engkau di kotak terletak
Aku boneka engkau boneka
Penyelang dalang mengarak sajak.
Segala kuntum mengoyak kepak
Membunga cinta dalam hatiku
Mewangi sari dalam jantungku
Hidup seperti mimpi
Laku lakon di layar terkelar
Aku pemimpi lagi penari
Sedar siuman bertukar-tukar
Maka merupa di datar layar
Wayang warna menayang rasa
Kalbu rindu turut mengikut
Dua sukma esa-mesra
Aku boneka engkau boneka
Penghibur dalang mengatur tembang
Di layar kembang bertukar pandang
Hanya selagu, sepanjang dendang
Golek gemilang ditukarnya pula
Aku engkau di kotak terletak
Aku boneka engkau boneka
Penyelang dalang mengarak sajak.
Doa
Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita, kekasihku?
Dengan senja samar sepoi, pada masa purnama meningkat naik,
setelah menghalaukan panas payah terik
Angin malam menghembus lemah, menyejuk badan, melambung
rasa menanyang pikir, membawa angan ke bawah kursimu.
Hatiku terang menerima katamu, bagai bintang memasang lilinnya.
Kalbuku terbuka menunggu kasihmu, bagai sedap-malam menyirak kelopak
Aduh, kekasihku, isi hatiku dengan katamu, penuhi dadaku dengan cahayamu, biar bersinar mataku sendu, biar berbinar gelakku rayu
Dengan senja samar sepoi, pada masa purnama meningkat naik,
setelah menghalaukan panas payah terik
Angin malam menghembus lemah, menyejuk badan, melambung
rasa menanyang pikir, membawa angan ke bawah kursimu.
Hatiku terang menerima katamu, bagai bintang memasang lilinnya.
Kalbuku terbuka menunggu kasihmu, bagai sedap-malam menyirak kelopak
Aduh, kekasihku, isi hatiku dengan katamu, penuhi dadaku dengan cahayamu, biar bersinar mataku sendu, biar berbinar gelakku rayu
Hanyut Aku
Hanyut aku, kekasihku!
Hanyut aku
Ulurkan tanganmu, tolong aku.
Sunyinya sekelilingku!
Tiada suara kasihan, tiada angin mendingin
tiada air menolak ngelak
Dahagaku kasihmu, hauskan bisikmu, mati aku sebabkan diammu.
Langit menyerkap, air berrepas tangan, aku tenggelam. Tenggelam dalam malam.
air diatas mendidih keras.
Bumi didawah menolak keatas.
Mati aku, kekasihku, mati aku!
Hanyut aku
Ulurkan tanganmu, tolong aku.
Sunyinya sekelilingku!
Tiada suara kasihan, tiada angin mendingin
tiada air menolak ngelak
Dahagaku kasihmu, hauskan bisikmu, mati aku sebabkan diammu.
Langit menyerkap, air berrepas tangan, aku tenggelam. Tenggelam dalam malam.
air diatas mendidih keras.
Bumi didawah menolak keatas.
Mati aku, kekasihku, mati aku!
Taman Dunia
Kau masukkan aku ke dalam taman-dunia, kekasihku
Kaupimpin jariku, kautunjukkan bunga tertawa; kuntum tersenyum.
Kautundukkan haluku tegak, mencium wangi tersembunyi sepi.
Kaugemelaikan di pipiku rindu daun beldu melunak lemah.
Tercengang aku, takjub, terdiam.
Berbisik engkau:
Taman swarga, taman swarga mutiara rupa”.
Engkaupun lenyap.
Termangu aku gilakan rupa
Kaupimpin jariku, kautunjukkan bunga tertawa; kuntum tersenyum.
Kautundukkan haluku tegak, mencium wangi tersembunyi sepi.
Kaugemelaikan di pipiku rindu daun beldu melunak lemah.
Tercengang aku, takjub, terdiam.
Berbisik engkau:
Taman swarga, taman swarga mutiara rupa”.
Engkaupun lenyap.
Termangu aku gilakan rupa
Terbuka Bunga
Terbuka bunga dalam hati!
Kembang rindang disentuh bibir-kesturi-mu.
Melayah-layah mengintip restu senyumanmu
Dengan mengelopaknya bunga ini, layulah bunga lampau, kekasihku.
Bunga sunting-hati-ku, dalam masa mengembara menanda dakau.
Kekasihku! inikah bunga sejati yang tiadakan layu
Kembang rindang disentuh bibir-kesturi-mu.
Melayah-layah mengintip restu senyumanmu
Dengan mengelopaknya bunga ini, layulah bunga lampau, kekasihku.
Bunga sunting-hati-ku, dalam masa mengembara menanda dakau.
Kekasihku! inikah bunga sejati yang tiadakan layu
Mengawan
Rengang aku dari padaku, mengikut kawalku mengawan naik
Mewajah ke bawah, tertentang aku, lemah lunak, kotor, terhantar, paduan benda empat perkara.
Datang pikiran membentang kenang, membunga cahaya cuaca lampau, menjadi terang mengilau kaca.
Lewat lambat aku dan dia, ria tertawa, bersedih suka, berkasih pedih, bagi merpati bersambut mulut.
Tersenyum sukma, kasihan serta.
Benda mencintai benda………………….
Naik aku mengawan rahman, mengikut kawalku membawa warta.
Kuat, sayapku kuat, bawakan aku, biar sampai membidai-belai cecah tersentuh, di kursi kesturi
Mewajah ke bawah, tertentang aku, lemah lunak, kotor, terhantar, paduan benda empat perkara.
Datang pikiran membentang kenang, membunga cahaya cuaca lampau, menjadi terang mengilau kaca.
Lewat lambat aku dan dia, ria tertawa, bersedih suka, berkasih pedih, bagi merpati bersambut mulut.
Tersenyum sukma, kasihan serta.
Benda mencintai benda………………….
Naik aku mengawan rahman, mengikut kawalku membawa warta.
Kuat, sayapku kuat, bawakan aku, biar sampai membidai-belai cecah tersentuh, di kursi kesturi
Panji di Hadapanku
Kau kibarkan panji di hadapanku.
Hijau jernih diampu tongkat mutu-mutiara.
Di kananku berjalan, mengiring perlahan, ridlamu rata, dua sebaya, putih-putih, penuh melimpah, kasih persih.
Gelap-gelap kami berempat, menunggu-nunggu, mendengar-dengar suara sayang, panggilan-panjang, jauh-teratuh, melayang-layang.
Gelap-gelap kami berempat, meminta-minta, memohon-motion, moga terbuka selimut kabut, pembungkus halus nokta utama.
Jika nokta terduka-raya
Jika kabut tersingkap semua
Cahaya ridla mengilau ke dalam
Nur rindu memancar keluar
Hijau jernih diampu tongkat mutu-mutiara.
Di kananku berjalan, mengiring perlahan, ridlamu rata, dua sebaya, putih-putih, penuh melimpah, kasih persih.
Gelap-gelap kami berempat, menunggu-nunggu, mendengar-dengar suara sayang, panggilan-panjang, jauh-teratuh, melayang-layang.
Gelap-gelap kami berempat, meminta-minta, memohon-motion, moga terbuka selimut kabut, pembungkus halus nokta utama.
Jika nokta terduka-raya
Jika kabut tersingkap semua
Cahaya ridla mengilau ke dalam
Nur rindu memancar keluar
Memuji Dikau
Kalau aku memuji dikau, dengan mulut tertutup, mata terkatup,
Sujudlah segalaku, diam terbelam, di dalam kalam asmara raya.
Turun kekasihmu, mendapatkan daku duduk bersepi, sunyi sendiri.
Dikucupnya bibirku, dipautnya bahuku, digantunginya leherku, hasratkan suara sayang semata.
Selagi hati bernyanyi, sepanjang sujud semua segala,
bertindih ia pada pahaku, meminum ia akan suaraku……………………
Dan,
Iapun melayang pulang,
Semata cahaya,
Lidah api dilingkung kaca,
Menuju restu, sempana sentosa.
Sujudlah segalaku, diam terbelam, di dalam kalam asmara raya.
Turun kekasihmu, mendapatkan daku duduk bersepi, sunyi sendiri.
Dikucupnya bibirku, dipautnya bahuku, digantunginya leherku, hasratkan suara sayang semata.
Selagi hati bernyanyi, sepanjang sujud semua segala,
bertindih ia pada pahaku, meminum ia akan suaraku……………………
Dan,
Iapun melayang pulang,
Semata cahaya,
Lidah api dilingkung kaca,
Menuju restu, sempana sentosa.
Kurnia
Kaukurnia aku,
Kelereng kaca cerah cuaca,
Hikmat raya tersembunyi dalamnya,
Jua bahaya dikandung kurnia,
Jampi kauberi, menundukkan kepala naga angkara.
Kelereng kaca kilauan kasih, menunjukkan daku itu lisan tanganmu.
Memaksa sukmaku bersorak raya, melapangkan dada¬ku menanti sentosa.
Sebab kelereng guli riwarni, kuketahui langit tinggi
berdiri, tanah rendah membukit datar.
Kutilik diriku, dua sifat mesra satu:
Melangit tinggi, membumi keji
Kelereng kaca cerah cuaca,
Hikmat raya tersembunyi dalamnya,
Jua bahaya dikandung kurnia,
Jampi kauberi, menundukkan kepala naga angkara.
Kelereng kaca kilauan kasih, menunjukkan daku itu lisan tanganmu.
Memaksa sukmaku bersorak raya, melapangkan dada¬ku menanti sentosa.
Sebab kelereng guli riwarni, kuketahui langit tinggi
berdiri, tanah rendah membukit datar.
Kutilik diriku, dua sifat mesra satu:
Melangit tinggi, membumi keji
Doa Poyangku
Poyangku rata meminta sama
Semoga sekali aku diberi
Memetik kecapi, kecapi firdusi
Menampar rebana, rebana swarga
Poyangku rata semua semata
Penabuh bunyian turun-temurun
Leka mereka karena suara
Suara sunyi suling keramat
Kini rebana di celah jariku
Tari tamparku membangkit rindu
Kucoba serentak genta genderang
Memuji kekasihku di mercu lagu
Aduh, kasih hatiku sayang
Alahai hatiku tiada bahagia
Jari menari doa semata
Tapi hatiku bercabang dua
Semoga sekali aku diberi
Memetik kecapi, kecapi firdusi
Menampar rebana, rebana swarga
Poyangku rata semua semata
Penabuh bunyian turun-temurun
Leka mereka karena suara
Suara sunyi suling keramat
Kini rebana di celah jariku
Tari tamparku membangkit rindu
Kucoba serentak genta genderang
Memuji kekasihku di mercu lagu
Aduh, kasih hatiku sayang
Alahai hatiku tiada bahagia
Jari menari doa semata
Tapi hatiku bercabang dua
Turun Kembali
Kalau aku dalam engkau
Dan engkau dalam aku
Adakah begini jadinya
Aku hamba engkau penghulu?
Aku dan engkau berlainan
Engkau raja, maha raya
Cahaya halus tinggi mengawang
Pohon rindang menaung dunia
Di bawah teduh engkau kembangkan
Aku berhenti memati hari
Pada bayang engkau mainkan
Aku melipur meriang hati
Diterangi cahaya engkau sinarkan
Aku menaiki tangga mengawan
Kecapi firdusi melena telinga
Menyentuh gambuh dalam hatiku.
Terlihat ke bawah,
Kandil kemerlap
Melambai cempaka ramai tertawa
Hati duniawi melambung tinggi
Berpaling aku turun kembali
Dan engkau dalam aku
Adakah begini jadinya
Aku hamba engkau penghulu?
Aku dan engkau berlainan
Engkau raja, maha raya
Cahaya halus tinggi mengawang
Pohon rindang menaung dunia
Di bawah teduh engkau kembangkan
Aku berhenti memati hari
Pada bayang engkau mainkan
Aku melipur meriang hati
Diterangi cahaya engkau sinarkan
Aku menaiki tangga mengawan
Kecapi firdusi melena telinga
Menyentuh gambuh dalam hatiku.
Terlihat ke bawah,
Kandil kemerlap
Melambai cempaka ramai tertawa
Hati duniawi melambung tinggi
Berpaling aku turun kembali
Batu Belah (kabaran)
Dalam rimba rumah sebelah
Teratak bambu terlampau tua
Angin menyusup di lubang tepas
Bergulung naik di sudut sunyi
Kayu tua membetul tinggi
Membukak puncak jauh diatas
Bagai perarakan melintas negeri
Payung menaung jamala raja
Ibu papa beranak seorang
Manja bena terada-ada
Lagu lagak tiada disangkak
Mana tempat ibu meminta.
Telur kemahang minta carikan
Untuk lauk di nasi sejuk
Tiada sayang;
Dalam rimba telur kemahang
Mana daya ibu mencari
Mana tempat ibu meminta
Anak lasak mengisak panjang
Menyabak merunta mengguling diri
Kasihan ibu berhancur hati
Lemah jiwa karena cinta
Dengar…………….dengar!
Dari jauh suara sayup
Mengalun sampai memecah sepi
Menyata rupa mengasing kata
Rang………rang…………rangkup
Rang………rang…………rangkup
Batu belah batu bertangkup
Ngeri berbunyi berganda kali
Diam ibu berpikir panjang
Lupa anak menangis hampir
Kalau begini susahnya hidup
Biar ditelan batu bertangkup
Kembali pula suara bergelora
Bagai ombak datang menampar
Macam sorak semarai rampai
Karena ada hati berbimbang
Menyabut ibu sambil tersedu
Meragu langsing suara susah:
Batu belah batu dertangkup
Batu tepian tempat mandi
Insya Allah tiadaku takut
Sudan demikian kuperbuat janji
Bangkit bonda bedalan pelan
Tangis anak bertambah kuat
Rasa risau dermaharajalela
Mengangkat kaki melangkah cepat
Jauh ibu lenyap di mata
Timbul takut di hati kecil
Gelombang bimbang mengharu pikir
Berkata jiwa menanya bonda
Lekas pantas memburu ibu
Sambil tersedu rindu berseru
Dari sisi suara sampai
Suara raya batu bertangkup.
Lompat ibu ke mulut batu
Besar terbuka menunggu mangsa
Tutup terkatup mulut ternganga
Berderak-derik tulang-belulang
Terbuka pula,merah basah
Mulut maut menunggu mangsa
Lapar lebar tercingah pangah
Meraung riang mengecap sedap………….
Tiba dara kecil sendu
Menangis pedih mencari ibu
Terlihat cerah darak merah
Mengerti hati bonda tiada
Melompat dara kecil sendu
Menurut hati menaruh rindu……….
Batu belah, batu bertangkup
Batu tepian tempat mandi
Insya Allah tiadaku takut
Sudan demikian kuperbuat janji.
Teratak bambu terlampau tua
Angin menyusup di lubang tepas
Bergulung naik di sudut sunyi
Kayu tua membetul tinggi
Membukak puncak jauh diatas
Bagai perarakan melintas negeri
Payung menaung jamala raja
Ibu papa beranak seorang
Manja bena terada-ada
Lagu lagak tiada disangkak
Mana tempat ibu meminta.
Telur kemahang minta carikan
Untuk lauk di nasi sejuk
Tiada sayang;
Dalam rimba telur kemahang
Mana daya ibu mencari
Mana tempat ibu meminta
Anak lasak mengisak panjang
Menyabak merunta mengguling diri
Kasihan ibu berhancur hati
Lemah jiwa karena cinta
Dengar…………….dengar!
Dari jauh suara sayup
Mengalun sampai memecah sepi
Menyata rupa mengasing kata
Rang………rang…………rangkup
Rang………rang…………rangkup
Batu belah batu bertangkup
Ngeri berbunyi berganda kali
Diam ibu berpikir panjang
Lupa anak menangis hampir
Kalau begini susahnya hidup
Biar ditelan batu bertangkup
Kembali pula suara bergelora
Bagai ombak datang menampar
Macam sorak semarai rampai
Karena ada hati berbimbang
Menyabut ibu sambil tersedu
Meragu langsing suara susah:
Batu belah batu dertangkup
Batu tepian tempat mandi
Insya Allah tiadaku takut
Sudan demikian kuperbuat janji
Bangkit bonda bedalan pelan
Tangis anak bertambah kuat
Rasa risau dermaharajalela
Mengangkat kaki melangkah cepat
Jauh ibu lenyap di mata
Timbul takut di hati kecil
Gelombang bimbang mengharu pikir
Berkata jiwa menanya bonda
Lekas pantas memburu ibu
Sambil tersedu rindu berseru
Dari sisi suara sampai
Suara raya batu bertangkup.
Lompat ibu ke mulut batu
Besar terbuka menunggu mangsa
Tutup terkatup mulut ternganga
Berderak-derik tulang-belulang
Terbuka pula,merah basah
Mulut maut menunggu mangsa
Lapar lebar tercingah pangah
Meraung riang mengecap sedap………….
Tiba dara kecil sendu
Menangis pedih mencari ibu
Terlihat cerah darak merah
Mengerti hati bonda tiada
Melompat dara kecil sendu
Menurut hati menaruh rindu……….
Batu belah, batu bertangkup
Batu tepian tempat mandi
Insya Allah tiadaku takut
Sudan demikian kuperbuat janji.
Di dalam Kelam
Kembali lagi marak-sumarak
Jilat melonjak api penyuci
Datam hatiku tumbuh jahanam
Terbuka neraka di lapangan swarga
Api melambai merengkung lurus
Merunta ria melidah belah
Menghangus debu mengitam belam
Buah tenaga bunga suwarga
Hati firdusi segera sentosa
Murtad merentak melaut topan
Naik kabut mengarang awan
Menghalang cuaca nokta utama
Berjalan aku di dalam kelam
Terus lurus moal berhenti
jantung dilebur dalam jahanam
Kerongkong hangus kering peteri
Meminta aku kekasihku sayang:
Turunkan hujan embun rahmatmu
Biar padam api membelam
Semoga pulih pokok percayaku
Jilat melonjak api penyuci
Datam hatiku tumbuh jahanam
Terbuka neraka di lapangan swarga
Api melambai merengkung lurus
Merunta ria melidah belah
Menghangus debu mengitam belam
Buah tenaga bunga suwarga
Hati firdusi segera sentosa
Murtad merentak melaut topan
Naik kabut mengarang awan
Menghalang cuaca nokta utama
Berjalan aku di dalam kelam
Terus lurus moal berhenti
jantung dilebur dalam jahanam
Kerongkong hangus kering peteri
Meminta aku kekasihku sayang:
Turunkan hujan embun rahmatmu
Biar padam api membelam
Semoga pulih pokok percayaku
Ibuku Dahulu
Ibuku Dahulu
Ibuku dahulu marah padaku
Diam ia tiada berkata
Akupun lalu merajuk pilu
Tiada perduli apa terjadi
Matanya terus mengawas daku
Walaupun bibirnya tiada bergera
Mukanya masam menahan sedan
Ibuku dahulu marah padaku
Diam ia tiada berkata
Akupun lalu merajuk pilu
Tiada perduli apa terjadi
Matanya terus mengawas daku
Walaupun bibirnya tiada bergera
Mukanya masam menahan sedan
Berdiri aku
Berdiri aku di senja senyap
camar melayang menepis buih
melayah bakau mengurai puncak
berjulang dating ubur terkembang
Angin pulang menyejuk bumi
menepuk teluk menghempas emas
lari ke gunung memuncak sunyi
berayun-alun di atas alas
Amir Hamzah |
Label:
Puisi Amir Hamzah
16.35
1946 : LARUT MALAM SUARA SEBUAH TRUK
Oleh :
Taufiq Ismail
Sebuah Lasykar truk
Masuk kota Salatiga
Mereka menyanyikan lagu
'Sudah Bebas Negeri Kita'
Di jalan Tuntang seorang anak kecil
Empat tahun terjaga :
'Ibu, akan pulangkah Bapa,
dan membawakan pestol buat saya ?'
(1963)
Budaja Djaja
Thn. VI, No. 61
Juni 1973
BAGAIMANA KALAU
Bagaimana kalau dulu bukan khuldi yang dimakan Adam,
tapi buah alpukat,
Bagaimana kalau bumi bukan bulat tapi segi empat,
Bagaimana kalau lagu Indonesia Raya kita rubah,
dan kepada Koes Plus kita beri mandat,
Bagaimana kalau ibukota Amerika Hanoi,
dan ibukota Indonesia Monaco,
Bagaimana kalau malam nanti jam sebelas,
salju turun di Gunung Sahari,
Bagaimana kalau bisa dibuktikan bahwa Ali Murtopo, Ali Sadikin
dan Ali Wardhana ternyata pengarang-pengarang lagu pop,
Bagaimana kalau hutang-hutang Indonesia
dibayar dengan pementasan Rendra,
Bagaimana kalau segala yang kita angankan terjadi,
dan segala yang terjadi pernah kita rancangkan,
Bagaimana kalau akustik dunia jadi sedemikian sempurnanya sehingga di
kamar tidur kau dengar deru bom Vietnam, gemersik sejuta kaki
pengungsi, gemuruh banjir dan gempa bumi sera suara-suara
percintaan anak muda, juga bunyi industri presisi dan
margasatwa Afrika,
Bagaimana kalau pemerintah diizinkan protes dan rakyat kecil
mempertimbangkan protes itu,
Bagaimana kalau kesenian dihentikan saja sampai di sini dan kita
pelihara ternak sebagai pengganti
Bagaimana kalau sampai waktunya
kita tidak perlu bertanya bagaimana lagi.
1971
BAYI LAHIR BULAN MEI 1998
Dengarkan itu ada bayi mengea di rumah tetangga
Suaranya keras, menangis berhiba-hiba
Begitu lahir ditating tangan bidannya
Belum kering darah dan air ketubannya
Langsung dia memikul hutang di bahunya
Rupiah sepuluh juta
Kalau dia jadi petani di desa
Dia akan mensubsidi harga beras orang kota
Kalau dia jadi orang kota
Dia akan mensubsidi bisnis pengusaha kaya
Kalau dia bayar pajak
Pajak itu mungkin jadi peluru runcing
Ke pangkal aortanya dibidikkan mendesing
Cobalah nasihati bayi ini dengan penataran juga
Mulutmu belum selesai bicara
Kau pasti dikencinginya.
1998
BUKU TAMU MUSIUM PERJUANGAN
Oleh :
Taufiq Ismail
Pada tahun keenam
Setelah di kota kami didirikan
Sebuah Musium Perjuangan
Datanglah seorang lelaki setengah baya
Berkunjung dari luar kota
Pada sore bulan November berhujan
dan menulis kesannya di buku tamu
Buku tahun keenam, halaman seratus-delapan
Bertahun-tahun aku rindu
Untuk berkunjung kemari
Dari tempatku jauh sekali
Bukan sekedar mengenang kembali
Hari tembak-menembak dan malam penyergapan
Di daerah ini
Bukan sekedar menatap lukisan-lukisan
Dan potret-potret para pahlawan
Mengusap-usap karaben tua
Baby mortir buatan sendiri
Atau menghitung-hitung satyalencana
Dan selalu mempercakapkannya
Alangkah sukarnya bagiku
Dari tempatku kini, yang begitu jauh
Untuk datang seperti saat ini
Dengan jasad berbasah-basah
Dalam gerimis bulan November
Datang sore ini, menghayati musium yang lengang
Sendiri
Menghidupkan diriku kembali
Dalam pikiran-pikiran waktu gerilya
Di waktu kebebasan adalah impian keabadian
Dan belum berpikir oleh kita masalah kebendaan
Penggelapan dan salahguna pengatasnamaan
Begitulah aku berjalan pelan-pelan
Dalam musium ini yang lengang
Dari lemari kaca tempat naskah-naskah berharga
Kesangkutan ikat-ikat kepala, sangkur-sangkur
berbendera
Maket pertempuran
Dan penyergapan di jalan
Kuraba mitraliur Jepang, dari baja hitam
Jajaran bisu pestol Bulldog, pestol Colt
PENGOEMOEMAN REPOEBLIK yang mulai berdebu
Gambar lasykar yang kurus-kurus
Dan kuberi tabik khidmat dan diam
Pada gambar Pak Dirman
Mendekati tangga turun, aku menoleh kembali
Ke ruangan yang sepi dan dalam
Jendela musium dipukul angin dan hujan
Kain pintu dan tingkap bergetaran
Di pucuk-pucuk cemara halaman
Tahun demi tahun mengalir pelan-pelan
Deru konvoi menjalari lembah
Regu di bukit atas, menahan nafas
Di depan tugu dalam musium ini
Menjelang pintu keluar ke tingkat bawah
Aku berdiri dan menatap nama-nama
Dipahat di sana dalam keping-keping alumina
Mereka yang telah tewas
Dalam perang kemerdekaan
Dan setinggi pundak jendela
Kubaca namaku disana.....
GUGUR DALAM PENCEGATAN
TAHUN EMPATPULUH-DELAPAN
Demikian cerita kakek penjaga
Tentang pengunjung lelaki setengah baya
Berkemeja dril lusuh, dari luar kota
Matanya memandang jauh, tubuh amat kurusnya
Datang ke musium perjuangan
Pada suatu sore yang sepi
Ketika hujan rinai tetes-tetes di jendela
Dan angin mengibarkan tirai serta pucuk-pucuk cemara
Lelaki itu menulis kesannya di buku-tamu
Buku tahun-keenam, halaman seratus-delapan
Dan sebelum dia pergi
Menyalami dulu kakek Aki
Dengan tangannya yang dingin aneh
Setelah ke tugu nama-nama dia menoleh
Lalu keluarlah dia, agak terseret berjalan
Ke tengah gerimis di pekarangan
Tetapi sebelum ke pagar halaman
Lelaki itu tiba-tiba menghilang
DARI CATATAN SEORANG DEMONSTRAN
Inilah peperangan
Tanpa jenderal, tanpa senapan
Pada hari-hari yang mendung
Bahkan tanpa harapan
Di sinilah keberanian diuji
Kebenaran dicoba dihancurkn
Pada hari-hari berkabung
Di depan menghadang ribuan lawan
1966
Dari Ibu Seorang Demonstran
"Ibu telah merelakan kalian
Untuk berangkat demonstrasi
Karena kalian pergi menyempurnakan
Kemerdekaan negeri ini"
Ya, ibu tahu, mereka tidak menggunakan gada
Atau gas airmata
Tapi langsung peluru tajam
Tapi itulah yang dihadapi
Ayah kalian almarhum
Delapan belas tahun yang lalu
Pergilah pergi, setiap pagi
Setelah dahi dan pipi kalian
Ibu ciumi
Mungkin ini pelukan penghabisan
(Ibu itu menyeka sudut matanya)
Tapi ingatlah, sekali lagi
Jika logam itu memang memuat nama kalian
(Ibu itu tersedu sedan)
Ibu relakan
Tapi jangan di saat terakhir
Kau teriakkan kebencian
Atau dendam kesumat
Pada seseorang
Walapun betapa zalimnya
Orang itu
Niatkanlah menegakkan kalimah Allah
Di atas bumi kita ini
Sebelum kalian melangkah setiap pagi
Sunyi dari dendam dan kebencian
Kemudian lafazkan kesaksian pada Tuhan
Serta rasul kita yang tercinta
pergilah pergi
Iwan, Ida dan Hadi
Pergilah pergi
Pagi ini
(Mereka telah berpamitan dengan ibu dicinta
Beberapa saat tangannya meraba rambut mereka
Dan berangkatlah mereka bertiga
Tanpa menoleh lagi, tanpa kata-kata)
1966
DOA
Tuhan kami
Telah nista kami dalam dosa bersama
Bertahun-tahun membangun kultus ini
Dalam pikiran yang ganda
Dan menutupi hati nurani
Ampunilah kami
Ampunilah
Amin
Tuhan kami
Telah terlalu mudah kami
Menggunakan AsmaMu
Bertahun di negeri ini
Semoga Kau rela menerima kembali
Kami dalam barisanMu
Ampunilah kami
Ampunilah
Amin
1966
Jalan Segara
Di sinilah penembakan
Kepengecutan
Dilakukan
Ketika pawai bergerak
Dalam panas matahari
Dan pelor pembayar pajak
Negeri ini
Ditembuskan ke pungung
Anak-anaknya sendiri
1966
JAWABAN DARI POS TERDEPAN
Oleh :
Taufiq Ismail
Kami telah menerima surat saudara
Dan sangat paham akan isinya
Tetapi tentang pasal penyerahan
Itu adalah suatu penghinaan
Konvoi sejam lamanya menderu
Di kota. Api kavaleri memancar-mancar
Di roda-rantai dan aspal
Angin meniup dalam panas dan abu
Abu baja. Nyala yang menggeletar-geletar
Sepanjang suara
Kami yang bertahan
Beberapa ratus meter jauhnya
Bukanlah serdadu-serdadu bayaran
Atau terpaksa berperang karena pemerintahan
Kebebasan manusia di atas buminya
Adalah penyebab hadir pasukan ini
Dan pasukan-pasukan lainnya
Impian akan harga kemerdekaan manusia
mengumpulkan seorang tukang cukur, penanam-penanam sayur
gembala-gembala, (semua buta huruf) kecuali dua anak SMT
sopir taksi dan seorang mahasiswa kedokteran
dalam pasukan
di pos terdepan ini
Terik dan lengang dipandang tak bertuan
Abu naik perlahan dari bumi
Bumi yang telah diungsikan
Guruh dari jauh, konvoi menderu
Suara panser dan tank-tank kecil
Mengacukan senjata-senjata baru
Kami tidak punya batalion paratroop
Cadangan sulfa, apalagi mustang dan lapis-baja
Kami hanya memiliki karaben-karaben tua
Bahkan bambu pedesaan, ujungnya diruncingkan
Pasukan ini tak bicara dalam bahasa akademi militer
Tidak juga memiliki pengalaman perang dunia
Tetapi untuk kecintaan akan kebebasan manusia
Di atas buminya
Pasukan ini sudah menetapkan harganya
Sebentar lagi malampun akan turun
membawa kesepian ajal adalam gurun
Tidakkah engkau bisa menempatkan diri
sebentar, di tempat kami
Memikirkan bahwa ibumu tua diungsikan
tersaruk-saruk berjalan kaki
Setelah rumah-rumah di kampungmu dibakari
setelah adik kandungmu ditembak mati
Adakah demi lain, yang mengatasi
demi kemanusiaan ?
Adakah ?
Di seberang sini berjaga pengawalan
Tanpa gardu dan kemah, berbaju lusuh dalam semak
Dialah yang terdepan dengan sepucuk Lee & Field
Dialah huruf pertama dari Republik
Indonesia,
Th XV, No. 2
17 Agustus 1965
Sajak-sajak Perjuangan dan Nyanyian Tanah Air
KALIAN CETAK KAMI JADI BANGSA PENGEMIS,
LALU KALIAN PAKSA KAMI
MASUK MASA PENJAJAHAN BARU,
Kata Si Toni
Kami generasi yang sangat kurang rasa percaya diri
Gara-gara pewarisan nilai, sangat dipaksa-tekankan
Kalian bersengaja menjerumuskan kami-kami
Sejak lahir sampai dewasa ini
Jadi sangat tepergantung pada budaya
Meminjam uang ke mancanegara
Sudah satu keturunan jangka waktunya
Hutang selalu dibayar dengan hutang baru pula
Lubang itu digali lubang itu juga ditimbuni
Lubang itu, alamak, kok makin besar jadi
Kalian paksa-tekankan budaya berhutang ini
Sehingga apa bedanya dengan mengemis lagi
Karena rendah diri pada bangsa-bangsa dunia
Kita gadaikan sikap bersahaja kita
Karena malu dianggap bangsa miskin tak berharta
Kita pinjam uang mereka membeli benda mereka
Harta kita mahal tak terkira, harga diri kita
Digantung di etalase kantor Pegadaian Dunia
Menekur terbungkuk kita berikan kepala kita bersama
Kepada Amerika, Jepang, Eropa dan Australia
Mereka negara multi-kolonialis dengan elegansi ekonomi
Dan ramai-ramailah mereka pesta kenduri
Sambil kepala kita dimakan begini
Kita diajarinya pula tata negara dan ilmu budi pekerti
Dalam upacara masuk masa penjajahan lagi
Penjajahnya banyak gerakannya penuh harmoni
Mereka mengerkah kepala kita bersama-sama
Menggigit dan mengunyah teratur berirama
Sedih, sedih, tak terasa jadi bangsa merdeka lagi
Dicengkeram kuku negara multi-kolonialis ini
Bagai ikan kekurangan air dan zat asam
Beratus juta kita menggelepar menggelinjang
Kita terperangkap terjaring di jala raksasa hutang
Kita menjebakkan diri ke dalam krangkeng budaya
Meminjam kepeng ke mancanegara
Dari membuat peniti dua senti
Sampai membangun kilang gas bumi
Dibenarkan serangkai teori penuh sofistikasi
Kalian memberi contoh hidup boros berasas gengsi
Dan fanatisme mengimpor barang luar negeri
Gaya hidup imitasi, hedonistis dan materialistis
Kalian cetak kami jadi Bangsa Pengemis
Ketika menadahkan tangan serasa menjual jiwa
Tertancap dalam berbekas, selepas tiga dasawarsa
Jadilah kami generasi sangat kurang rasa percaya
Pada kekuatan diri sendiri dan kayanya sumber alami
Kalian lah yang membuat kami jadi begini
Sepatutnya kalian kami giring ke lapangan sepi
Lalu tiga puluh ribu kali, kami cambuk dengan puisi ini
1998
KEMBALIKAN INDONESIA PADAKU
kepada Kang Ilen
Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga,
Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat,
sebagian berwarna putih dan sebagian hitam,
yang menyala bergantian,
Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam
dengan bola yang bentuknya seperti telur angsa,
Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelam
karena seratus juta penduduknya,
Kembalikan
Indonesia
padaku
Hari depan Indonesia adalah satu juta orang main pingpong siang malam
dengan bola telur angsa di bawah sinar lampu 15 wat,
Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang pelan-pelan tenggelam
lantaran berat bebannya kemudian angsa-angsa berenang-renang di atasnya,
Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga,
dan di dalam mulut itu ada bola-bola lampu 15 wat,
sebagian putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian,
Hari depan Indonesia adalah angsa-angsa putih yang berenang-renang
sambil main pingpong di atas pulau Jawa yang tenggelam
dan membawa seratus juta bola lampu 15 wat ke dasar lautan,
Kembalikan
Indonesia
padaku
Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam
dengan bola yang bentuknya seperti telur angsa,
Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelam
karena seratus juta penduduknya,
Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat,
sebagian berwarna putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian,
Kembalikan
Indonesia
padaku
Paris, 1971
KETIKA SEBAGAI KAKEK DI TAHUN 2040,
KAU MENJAWAB PERTANYAAN CUCUMU
Cucu kau tahu, kau menginap di DPR bulan Mei itu
Bersama beberapa ribu kawanmu
Marah, serak berteriak dan mengepalkan tinju
Bersama-sama membuka sejarah halaman satu
Lalu mengguratkan baris pertama bab yang baru
Seraya mencat spanduk dengan teks yang seru
Terpicu oleh kawan-kawan yang ditembus peluru
Dikejar masuk kampus, terguling di tanah berdebu
Dihajar dusta dan fakta dalam berita selalu
Sampai kini sejak kau lahir dahulu
Inilah pengakuan generasi kami, katamu
Hasil penataan dan penataran yang kaku
Pandangan berbeda tak pernah diaku
Daun-daun hijau dan langit biru, katamu
Daun-daun kuning dan langit kuning, kata orang-orang itu
Kekayaan alam untuk bangsaku, katamu
Kekayaan alam untuk nafsuku, kata orang-orang itu
Karena tak mau nasib rakyat selalu jadi mata dadu
Yang diguncang-guncang genggaman orang-orang itu
Dan nomor yang keluar telah ditentukan lebih dulu
Maka kami bergeraklah kini, katamu
Berjalan kaki, berdiri di atap bis yang melaju
Kemeja basah keringat, ujian semester lupakan dulu
Memasang ikat kepala, mengibar-ngibarkan benderamu
Tanpa ada pimpinan di puncak struktur yang satu
Tanpa dukungan jelas dari yang memegang bedil itu
Sudahlah, ayo kita bergerak saja dulu
Kita percayakan nasib pada Yang Satu Itu.
1998
MENCARI SEBUAH MESJID
Oleh :
Taufiq Ismail
Aku diberitahu tentang sebuah masjid
yang tiang-tiangnya pepohonan di hutan
fondasinya batu karang dan pualam pilihan
atapnya menjulang tempat tersangkutnya awan
dan kubahnya tembus pandang, berkilauan
digosok topan kutub utara dan selatan
Aku rindu dan mengembara mencarinya
Aku diberitahu tentang sepenuh dindingnya yang transparan
dihiasi dengan ukiran kaligrafi Quran
dengan warna platina dan keemasan
berbentuk daun-daunan sangat beraturan
serta sarang lebah demikian geometriknya
ranting dan tunas jalin berjalin
bergaris-garis gambar putaran angin
Aku rindu dan mengembara mencarinya
Aku diberitahu tentang masjid yang menara-menaranya
menyentuh lapisan ozon
dan menyeru azan tak habis-habisnya
membuat lingkaran mengikat pinggang dunia
kemudian nadanya yang lepas-lepas
disulam malaikat menjadi renda-renda benang emas
yang memperindah ratusan juta sajadah
di setiap rumah tempatnya singgah
Aku rindu dan mengembara mencarinya
Aku diberitahu tentang sebuah masjid yang letaknya di mana
bila waktu azan lohor engkau masuk ke dalamnya
engkau berjalan sampai waktu asar
tak bisa kau capai saf pertama
sehingga bila engkau tak mau kehilangan waktu
bershalatlah di mana saja
di lantai masjid ini, yang luas luar biasa
Aku rindu dan mengembara mencarinya
Aku diberitahu tentang ruangan di sisi mihrabnya
yaitu sebuah perpustakaan tak terkata besarnya
dan orang-orang dengan tenang membaca di dalamnya
di bawah gantungan lampu-lampu kristal terbuat dari berlian
yang menyimpan cahaya matahari
kau lihat bermilyar huruf dan kata masuk beraturan
ke susunan syaraf pusat manusia dan jadi ilmu yang berguna
di sebuah pustaka yang bukunya berjuta-juta
terletak di sebelah menyebelah mihrab masjid kita
Aku rindu dan mengembara mencarinya
Aku diberitahu tentang masjid yang beranda dan ruang dalamnya
tempat orang-orang bersila bersama
dan bermusyawarah tentang dunia dengan hati terbuka
dan pendapat bisa berlainan namun tanpa pertikaian
dan kalau pun ada pertikaian bisalah itu diuraikan
dalam simpul persaudaraan yang sejati
dalam hangat sajadah yang itu juga
terbentang di sebuah masjid yang mana
Tumpas aku dalam rindu
Mengembara mencarinya
Di manakah dia gerangan letaknya ?
Pada suatu hari aku mengikuti matahari
ketika di puncak tergelincir dia sempat
lewat seperempat kuadran turun ke barat
dan terdengar merdunya azan di pegunungan
dan aku pun melayangkan pandangan
mencari masjid itu ke kiri dan ke kanan
ketika seorang tak kukenal membawa sebuah gulungan
dia berkata :
"Inilah dia masjid yang dalam pencarian tuan"
dia menunjuk ke tanah ladang itu
dan di atas lahan pertanian dia bentangkan
secarik tikar pandan
kemudian dituntunnya aku ke sebuah pancuran
airnya bening dan dingin mengalir beraturan
tanpa kata dia berwudhu duluan
aku pun di bawah air itu menampungkan tangan
ketika kuusap mukaku, kali ketiga secara perlahan
hangat air terasa, bukan dingin kiranya
demikianlah air pancuran
bercampur dengan air mataku
yang bercucuran.
Jeddah, 30 Januari 1988
Taufiq Ismail
YANG SELALU TERAPUNG
DI ATAS GELOMBANG
Seseorang dianggap tak bersalah,
sampai dia dibuktikan hukum bersalah.
Di negeri kami, ungkapan ini terdengar begitu indah.
Kini simaklah sebuah kisah,
Seorang pegawai tinggi,
gajinya sebulan satu setengah juta rupiah,
Di garasinya ada Honda metalik,Volvo hitam,
BMW abu-abu, Porsche biru dan Mercedes merah.
Anaknya sekolah di Leiden, Montpelier dan Savannah.
Rumahnya bertebaran di Menteng, Kebayoran dan
Macam Macam Indah,
Setiap semester ganjil,
isteri terangnya belanja di Hongkong dan Singapura.
Setiap semester genap,
isteri gelap liburan di Eropa dan Afrika,
Anak-anaknya pegang dua pabrik,
tiga apotik dan empat biro jasa.
Saudara sepupu dan kemenakannya
punya lima toko onderdil,
enam biro iklan dan tujuh pusat belanja,
Ketika rupiah anjlok terperosok,
kepleset macet dan hancur jadi bubur,
dia ketawa terbahak- bahak
karena depositonya dalam dolar Amerika semua.
Sesudah matahari dua kali tenggelam di langit barat,
jumlah rupiahnya melesat sepuluh kali lipat,
Krisis makin menjadi-jadi, di mana-mana orang antri,
maka seratus kantong plastik hitam dia bagi-bagi.
Isinya masing-masing lima genggam beras,
empat cangkir minyak goreng dan tiga bungkus mi cepat-jadi.
Peristiwa murah hati ini diliput dua menit di kotak televisi,
dan masuk berita koran Jakarta halaman lima pagi-pagi sekali,
Gelombang mau datang, datanglah gelombang,
setiap air bah pasang dia senantiasa
terapung di atas banjir bandang.
Banyak orang tenggelam tak mampu timbul lagi,
lalu dia berkata begini,
"Yah, masing-masing kita rejekinya kan sendiri-sendiri,"
Seperti bandul jam tua yang bergoyang kau lihatlah:
kekayaan misterius mau diperiksa,
kekayaan tidak jadi diperiksa,
kekayaan mau diperiksa,
kekayaan tidak diperiksa,
kekayaan harus diperiksa,
kekayaan tidak jadi diperiksa.
Bandul jam tua Westminster,
tahun empat puluh satu diproduksi,
capek bergoyang begini, sampai dia berhenti sendiri,
Kemudian ide baru datang lagi,
isi formulir harta benda sendiri,
harus terus terang tapi,
dikirimkan pagi-pagi tertutup rapi,
karena ini soal sangat pribadi,
Selepas itu suasana hening sepi lagi,
cuma ada bunyi burung perkutut sekali-sekali,
Seseorang dianggap tak bersalah,
sampai dia dibuktikan hukum bersalah.
Di negeri kami, ungkapan ini terdengar begitu indah.
Bagaimana membuktikan bersalah,
kalau kulit tak dapat dijamah.
Menyentuh tak bisa dari jauh,
memegang tak dapat dari dekat,
Karena ilmu kiat,
orde datang dan orde berangkat,
dia akan tetap saja selamat,
Kini lihat,
di patio rumahnya dengan arsitektur Mediterania,
seraya menghirup teh nasgitel
dia duduk menerima telepon
dari isterinya yang sedang tur di Venezia,
sesudah menilai tiga proposal,
dua diskusi panel dan sebuah rencana rapat kerja,
Sementara itu disimaknya lagu favorit My Way,
senandung lama Frank Sinatra
yang kemarin baru meninggal dunia,
ditingkah lagu burung perkutut sepuluh juta
dari sangkar tergantung di atas sana
dan tak habis-habisnya
di layar kaca jinggel bola Piala Dunia,
Go, go, go, ale ale ale...
1998
Kumpulan Puisi Taufiq Ismail
Oleh :
Taufiq Ismail
Sebuah Lasykar truk
Masuk kota Salatiga
Mereka menyanyikan lagu
'Sudah Bebas Negeri Kita'
Di jalan Tuntang seorang anak kecil
Empat tahun terjaga :
'Ibu, akan pulangkah Bapa,
dan membawakan pestol buat saya ?'
(1963)
Budaja Djaja
Thn. VI, No. 61
Juni 1973
BAGAIMANA KALAU
Bagaimana kalau dulu bukan khuldi yang dimakan Adam,
tapi buah alpukat,
Bagaimana kalau bumi bukan bulat tapi segi empat,
Bagaimana kalau lagu Indonesia Raya kita rubah,
dan kepada Koes Plus kita beri mandat,
Bagaimana kalau ibukota Amerika Hanoi,
dan ibukota Indonesia Monaco,
Bagaimana kalau malam nanti jam sebelas,
salju turun di Gunung Sahari,
Bagaimana kalau bisa dibuktikan bahwa Ali Murtopo, Ali Sadikin
dan Ali Wardhana ternyata pengarang-pengarang lagu pop,
Bagaimana kalau hutang-hutang Indonesia
dibayar dengan pementasan Rendra,
Bagaimana kalau segala yang kita angankan terjadi,
dan segala yang terjadi pernah kita rancangkan,
Bagaimana kalau akustik dunia jadi sedemikian sempurnanya sehingga di
kamar tidur kau dengar deru bom Vietnam, gemersik sejuta kaki
pengungsi, gemuruh banjir dan gempa bumi sera suara-suara
percintaan anak muda, juga bunyi industri presisi dan
margasatwa Afrika,
Bagaimana kalau pemerintah diizinkan protes dan rakyat kecil
mempertimbangkan protes itu,
Bagaimana kalau kesenian dihentikan saja sampai di sini dan kita
pelihara ternak sebagai pengganti
Bagaimana kalau sampai waktunya
kita tidak perlu bertanya bagaimana lagi.
1971
BAYI LAHIR BULAN MEI 1998
Dengarkan itu ada bayi mengea di rumah tetangga
Suaranya keras, menangis berhiba-hiba
Begitu lahir ditating tangan bidannya
Belum kering darah dan air ketubannya
Langsung dia memikul hutang di bahunya
Rupiah sepuluh juta
Kalau dia jadi petani di desa
Dia akan mensubsidi harga beras orang kota
Kalau dia jadi orang kota
Dia akan mensubsidi bisnis pengusaha kaya
Kalau dia bayar pajak
Pajak itu mungkin jadi peluru runcing
Ke pangkal aortanya dibidikkan mendesing
Cobalah nasihati bayi ini dengan penataran juga
Mulutmu belum selesai bicara
Kau pasti dikencinginya.
1998
BUKU TAMU MUSIUM PERJUANGAN
Oleh :
Taufiq Ismail
Pada tahun keenam
Setelah di kota kami didirikan
Sebuah Musium Perjuangan
Datanglah seorang lelaki setengah baya
Berkunjung dari luar kota
Pada sore bulan November berhujan
dan menulis kesannya di buku tamu
Buku tahun keenam, halaman seratus-delapan
Bertahun-tahun aku rindu
Untuk berkunjung kemari
Dari tempatku jauh sekali
Bukan sekedar mengenang kembali
Hari tembak-menembak dan malam penyergapan
Di daerah ini
Bukan sekedar menatap lukisan-lukisan
Dan potret-potret para pahlawan
Mengusap-usap karaben tua
Baby mortir buatan sendiri
Atau menghitung-hitung satyalencana
Dan selalu mempercakapkannya
Alangkah sukarnya bagiku
Dari tempatku kini, yang begitu jauh
Untuk datang seperti saat ini
Dengan jasad berbasah-basah
Dalam gerimis bulan November
Datang sore ini, menghayati musium yang lengang
Sendiri
Menghidupkan diriku kembali
Dalam pikiran-pikiran waktu gerilya
Di waktu kebebasan adalah impian keabadian
Dan belum berpikir oleh kita masalah kebendaan
Penggelapan dan salahguna pengatasnamaan
Begitulah aku berjalan pelan-pelan
Dalam musium ini yang lengang
Dari lemari kaca tempat naskah-naskah berharga
Kesangkutan ikat-ikat kepala, sangkur-sangkur
berbendera
Maket pertempuran
Dan penyergapan di jalan
Kuraba mitraliur Jepang, dari baja hitam
Jajaran bisu pestol Bulldog, pestol Colt
PENGOEMOEMAN REPOEBLIK yang mulai berdebu
Gambar lasykar yang kurus-kurus
Dan kuberi tabik khidmat dan diam
Pada gambar Pak Dirman
Mendekati tangga turun, aku menoleh kembali
Ke ruangan yang sepi dan dalam
Jendela musium dipukul angin dan hujan
Kain pintu dan tingkap bergetaran
Di pucuk-pucuk cemara halaman
Tahun demi tahun mengalir pelan-pelan
Deru konvoi menjalari lembah
Regu di bukit atas, menahan nafas
Di depan tugu dalam musium ini
Menjelang pintu keluar ke tingkat bawah
Aku berdiri dan menatap nama-nama
Dipahat di sana dalam keping-keping alumina
Mereka yang telah tewas
Dalam perang kemerdekaan
Dan setinggi pundak jendela
Kubaca namaku disana.....
GUGUR DALAM PENCEGATAN
TAHUN EMPATPULUH-DELAPAN
Demikian cerita kakek penjaga
Tentang pengunjung lelaki setengah baya
Berkemeja dril lusuh, dari luar kota
Matanya memandang jauh, tubuh amat kurusnya
Datang ke musium perjuangan
Pada suatu sore yang sepi
Ketika hujan rinai tetes-tetes di jendela
Dan angin mengibarkan tirai serta pucuk-pucuk cemara
Lelaki itu menulis kesannya di buku-tamu
Buku tahun-keenam, halaman seratus-delapan
Dan sebelum dia pergi
Menyalami dulu kakek Aki
Dengan tangannya yang dingin aneh
Setelah ke tugu nama-nama dia menoleh
Lalu keluarlah dia, agak terseret berjalan
Ke tengah gerimis di pekarangan
Tetapi sebelum ke pagar halaman
Lelaki itu tiba-tiba menghilang
DARI CATATAN SEORANG DEMONSTRAN
Inilah peperangan
Tanpa jenderal, tanpa senapan
Pada hari-hari yang mendung
Bahkan tanpa harapan
Di sinilah keberanian diuji
Kebenaran dicoba dihancurkn
Pada hari-hari berkabung
Di depan menghadang ribuan lawan
1966
Dari Ibu Seorang Demonstran
"Ibu telah merelakan kalian
Untuk berangkat demonstrasi
Karena kalian pergi menyempurnakan
Kemerdekaan negeri ini"
Ya, ibu tahu, mereka tidak menggunakan gada
Atau gas airmata
Tapi langsung peluru tajam
Tapi itulah yang dihadapi
Ayah kalian almarhum
Delapan belas tahun yang lalu
Pergilah pergi, setiap pagi
Setelah dahi dan pipi kalian
Ibu ciumi
Mungkin ini pelukan penghabisan
(Ibu itu menyeka sudut matanya)
Tapi ingatlah, sekali lagi
Jika logam itu memang memuat nama kalian
(Ibu itu tersedu sedan)
Ibu relakan
Tapi jangan di saat terakhir
Kau teriakkan kebencian
Atau dendam kesumat
Pada seseorang
Walapun betapa zalimnya
Orang itu
Niatkanlah menegakkan kalimah Allah
Di atas bumi kita ini
Sebelum kalian melangkah setiap pagi
Sunyi dari dendam dan kebencian
Kemudian lafazkan kesaksian pada Tuhan
Serta rasul kita yang tercinta
pergilah pergi
Iwan, Ida dan Hadi
Pergilah pergi
Pagi ini
(Mereka telah berpamitan dengan ibu dicinta
Beberapa saat tangannya meraba rambut mereka
Dan berangkatlah mereka bertiga
Tanpa menoleh lagi, tanpa kata-kata)
1966
DOA
Tuhan kami
Telah nista kami dalam dosa bersama
Bertahun-tahun membangun kultus ini
Dalam pikiran yang ganda
Dan menutupi hati nurani
Ampunilah kami
Ampunilah
Amin
Tuhan kami
Telah terlalu mudah kami
Menggunakan AsmaMu
Bertahun di negeri ini
Semoga Kau rela menerima kembali
Kami dalam barisanMu
Ampunilah kami
Ampunilah
Amin
1966
Jalan Segara
Di sinilah penembakan
Kepengecutan
Dilakukan
Ketika pawai bergerak
Dalam panas matahari
Dan pelor pembayar pajak
Negeri ini
Ditembuskan ke pungung
Anak-anaknya sendiri
1966
JAWABAN DARI POS TERDEPAN
Oleh :
Taufiq Ismail
Kami telah menerima surat saudara
Dan sangat paham akan isinya
Tetapi tentang pasal penyerahan
Itu adalah suatu penghinaan
Konvoi sejam lamanya menderu
Di kota. Api kavaleri memancar-mancar
Di roda-rantai dan aspal
Angin meniup dalam panas dan abu
Abu baja. Nyala yang menggeletar-geletar
Sepanjang suara
Kami yang bertahan
Beberapa ratus meter jauhnya
Bukanlah serdadu-serdadu bayaran
Atau terpaksa berperang karena pemerintahan
Kebebasan manusia di atas buminya
Adalah penyebab hadir pasukan ini
Dan pasukan-pasukan lainnya
Impian akan harga kemerdekaan manusia
mengumpulkan seorang tukang cukur, penanam-penanam sayur
gembala-gembala, (semua buta huruf) kecuali dua anak SMT
sopir taksi dan seorang mahasiswa kedokteran
dalam pasukan
di pos terdepan ini
Terik dan lengang dipandang tak bertuan
Abu naik perlahan dari bumi
Bumi yang telah diungsikan
Guruh dari jauh, konvoi menderu
Suara panser dan tank-tank kecil
Mengacukan senjata-senjata baru
Kami tidak punya batalion paratroop
Cadangan sulfa, apalagi mustang dan lapis-baja
Kami hanya memiliki karaben-karaben tua
Bahkan bambu pedesaan, ujungnya diruncingkan
Pasukan ini tak bicara dalam bahasa akademi militer
Tidak juga memiliki pengalaman perang dunia
Tetapi untuk kecintaan akan kebebasan manusia
Di atas buminya
Pasukan ini sudah menetapkan harganya
Sebentar lagi malampun akan turun
membawa kesepian ajal adalam gurun
Tidakkah engkau bisa menempatkan diri
sebentar, di tempat kami
Memikirkan bahwa ibumu tua diungsikan
tersaruk-saruk berjalan kaki
Setelah rumah-rumah di kampungmu dibakari
setelah adik kandungmu ditembak mati
Adakah demi lain, yang mengatasi
demi kemanusiaan ?
Adakah ?
Di seberang sini berjaga pengawalan
Tanpa gardu dan kemah, berbaju lusuh dalam semak
Dialah yang terdepan dengan sepucuk Lee & Field
Dialah huruf pertama dari Republik
Indonesia,
Th XV, No. 2
17 Agustus 1965
Sajak-sajak Perjuangan dan Nyanyian Tanah Air
KALIAN CETAK KAMI JADI BANGSA PENGEMIS,
LALU KALIAN PAKSA KAMI
MASUK MASA PENJAJAHAN BARU,
Kata Si Toni
Kami generasi yang sangat kurang rasa percaya diri
Gara-gara pewarisan nilai, sangat dipaksa-tekankan
Kalian bersengaja menjerumuskan kami-kami
Sejak lahir sampai dewasa ini
Jadi sangat tepergantung pada budaya
Meminjam uang ke mancanegara
Sudah satu keturunan jangka waktunya
Hutang selalu dibayar dengan hutang baru pula
Lubang itu digali lubang itu juga ditimbuni
Lubang itu, alamak, kok makin besar jadi
Kalian paksa-tekankan budaya berhutang ini
Sehingga apa bedanya dengan mengemis lagi
Karena rendah diri pada bangsa-bangsa dunia
Kita gadaikan sikap bersahaja kita
Karena malu dianggap bangsa miskin tak berharta
Kita pinjam uang mereka membeli benda mereka
Harta kita mahal tak terkira, harga diri kita
Digantung di etalase kantor Pegadaian Dunia
Menekur terbungkuk kita berikan kepala kita bersama
Kepada Amerika, Jepang, Eropa dan Australia
Mereka negara multi-kolonialis dengan elegansi ekonomi
Dan ramai-ramailah mereka pesta kenduri
Sambil kepala kita dimakan begini
Kita diajarinya pula tata negara dan ilmu budi pekerti
Dalam upacara masuk masa penjajahan lagi
Penjajahnya banyak gerakannya penuh harmoni
Mereka mengerkah kepala kita bersama-sama
Menggigit dan mengunyah teratur berirama
Sedih, sedih, tak terasa jadi bangsa merdeka lagi
Dicengkeram kuku negara multi-kolonialis ini
Bagai ikan kekurangan air dan zat asam
Beratus juta kita menggelepar menggelinjang
Kita terperangkap terjaring di jala raksasa hutang
Kita menjebakkan diri ke dalam krangkeng budaya
Meminjam kepeng ke mancanegara
Dari membuat peniti dua senti
Sampai membangun kilang gas bumi
Dibenarkan serangkai teori penuh sofistikasi
Kalian memberi contoh hidup boros berasas gengsi
Dan fanatisme mengimpor barang luar negeri
Gaya hidup imitasi, hedonistis dan materialistis
Kalian cetak kami jadi Bangsa Pengemis
Ketika menadahkan tangan serasa menjual jiwa
Tertancap dalam berbekas, selepas tiga dasawarsa
Jadilah kami generasi sangat kurang rasa percaya
Pada kekuatan diri sendiri dan kayanya sumber alami
Kalian lah yang membuat kami jadi begini
Sepatutnya kalian kami giring ke lapangan sepi
Lalu tiga puluh ribu kali, kami cambuk dengan puisi ini
1998
KEMBALIKAN INDONESIA PADAKU
kepada Kang Ilen
Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga,
Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat,
sebagian berwarna putih dan sebagian hitam,
yang menyala bergantian,
Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam
dengan bola yang bentuknya seperti telur angsa,
Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelam
karena seratus juta penduduknya,
Kembalikan
Indonesia
padaku
Hari depan Indonesia adalah satu juta orang main pingpong siang malam
dengan bola telur angsa di bawah sinar lampu 15 wat,
Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang pelan-pelan tenggelam
lantaran berat bebannya kemudian angsa-angsa berenang-renang di atasnya,
Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga,
dan di dalam mulut itu ada bola-bola lampu 15 wat,
sebagian putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian,
Hari depan Indonesia adalah angsa-angsa putih yang berenang-renang
sambil main pingpong di atas pulau Jawa yang tenggelam
dan membawa seratus juta bola lampu 15 wat ke dasar lautan,
Kembalikan
Indonesia
padaku
Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam
dengan bola yang bentuknya seperti telur angsa,
Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelam
karena seratus juta penduduknya,
Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat,
sebagian berwarna putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian,
Kembalikan
Indonesia
padaku
Paris, 1971
KETIKA SEBAGAI KAKEK DI TAHUN 2040,
KAU MENJAWAB PERTANYAAN CUCUMU
Cucu kau tahu, kau menginap di DPR bulan Mei itu
Bersama beberapa ribu kawanmu
Marah, serak berteriak dan mengepalkan tinju
Bersama-sama membuka sejarah halaman satu
Lalu mengguratkan baris pertama bab yang baru
Seraya mencat spanduk dengan teks yang seru
Terpicu oleh kawan-kawan yang ditembus peluru
Dikejar masuk kampus, terguling di tanah berdebu
Dihajar dusta dan fakta dalam berita selalu
Sampai kini sejak kau lahir dahulu
Inilah pengakuan generasi kami, katamu
Hasil penataan dan penataran yang kaku
Pandangan berbeda tak pernah diaku
Daun-daun hijau dan langit biru, katamu
Daun-daun kuning dan langit kuning, kata orang-orang itu
Kekayaan alam untuk bangsaku, katamu
Kekayaan alam untuk nafsuku, kata orang-orang itu
Karena tak mau nasib rakyat selalu jadi mata dadu
Yang diguncang-guncang genggaman orang-orang itu
Dan nomor yang keluar telah ditentukan lebih dulu
Maka kami bergeraklah kini, katamu
Berjalan kaki, berdiri di atap bis yang melaju
Kemeja basah keringat, ujian semester lupakan dulu
Memasang ikat kepala, mengibar-ngibarkan benderamu
Tanpa ada pimpinan di puncak struktur yang satu
Tanpa dukungan jelas dari yang memegang bedil itu
Sudahlah, ayo kita bergerak saja dulu
Kita percayakan nasib pada Yang Satu Itu.
1998
MENCARI SEBUAH MESJID
Oleh :
Taufiq Ismail
Aku diberitahu tentang sebuah masjid
yang tiang-tiangnya pepohonan di hutan
fondasinya batu karang dan pualam pilihan
atapnya menjulang tempat tersangkutnya awan
dan kubahnya tembus pandang, berkilauan
digosok topan kutub utara dan selatan
Aku rindu dan mengembara mencarinya
Aku diberitahu tentang sepenuh dindingnya yang transparan
dihiasi dengan ukiran kaligrafi Quran
dengan warna platina dan keemasan
berbentuk daun-daunan sangat beraturan
serta sarang lebah demikian geometriknya
ranting dan tunas jalin berjalin
bergaris-garis gambar putaran angin
Aku rindu dan mengembara mencarinya
Aku diberitahu tentang masjid yang menara-menaranya
menyentuh lapisan ozon
dan menyeru azan tak habis-habisnya
membuat lingkaran mengikat pinggang dunia
kemudian nadanya yang lepas-lepas
disulam malaikat menjadi renda-renda benang emas
yang memperindah ratusan juta sajadah
di setiap rumah tempatnya singgah
Aku rindu dan mengembara mencarinya
Aku diberitahu tentang sebuah masjid yang letaknya di mana
bila waktu azan lohor engkau masuk ke dalamnya
engkau berjalan sampai waktu asar
tak bisa kau capai saf pertama
sehingga bila engkau tak mau kehilangan waktu
bershalatlah di mana saja
di lantai masjid ini, yang luas luar biasa
Aku rindu dan mengembara mencarinya
Aku diberitahu tentang ruangan di sisi mihrabnya
yaitu sebuah perpustakaan tak terkata besarnya
dan orang-orang dengan tenang membaca di dalamnya
di bawah gantungan lampu-lampu kristal terbuat dari berlian
yang menyimpan cahaya matahari
kau lihat bermilyar huruf dan kata masuk beraturan
ke susunan syaraf pusat manusia dan jadi ilmu yang berguna
di sebuah pustaka yang bukunya berjuta-juta
terletak di sebelah menyebelah mihrab masjid kita
Aku rindu dan mengembara mencarinya
Aku diberitahu tentang masjid yang beranda dan ruang dalamnya
tempat orang-orang bersila bersama
dan bermusyawarah tentang dunia dengan hati terbuka
dan pendapat bisa berlainan namun tanpa pertikaian
dan kalau pun ada pertikaian bisalah itu diuraikan
dalam simpul persaudaraan yang sejati
dalam hangat sajadah yang itu juga
terbentang di sebuah masjid yang mana
Tumpas aku dalam rindu
Mengembara mencarinya
Di manakah dia gerangan letaknya ?
Pada suatu hari aku mengikuti matahari
ketika di puncak tergelincir dia sempat
lewat seperempat kuadran turun ke barat
dan terdengar merdunya azan di pegunungan
dan aku pun melayangkan pandangan
mencari masjid itu ke kiri dan ke kanan
ketika seorang tak kukenal membawa sebuah gulungan
dia berkata :
"Inilah dia masjid yang dalam pencarian tuan"
dia menunjuk ke tanah ladang itu
dan di atas lahan pertanian dia bentangkan
secarik tikar pandan
kemudian dituntunnya aku ke sebuah pancuran
airnya bening dan dingin mengalir beraturan
tanpa kata dia berwudhu duluan
aku pun di bawah air itu menampungkan tangan
ketika kuusap mukaku, kali ketiga secara perlahan
hangat air terasa, bukan dingin kiranya
demikianlah air pancuran
bercampur dengan air mataku
yang bercucuran.
Jeddah, 30 Januari 1988
Taufiq Ismail
YANG SELALU TERAPUNG
DI ATAS GELOMBANG
Seseorang dianggap tak bersalah,
sampai dia dibuktikan hukum bersalah.
Di negeri kami, ungkapan ini terdengar begitu indah.
Kini simaklah sebuah kisah,
Seorang pegawai tinggi,
gajinya sebulan satu setengah juta rupiah,
Di garasinya ada Honda metalik,Volvo hitam,
BMW abu-abu, Porsche biru dan Mercedes merah.
Anaknya sekolah di Leiden, Montpelier dan Savannah.
Rumahnya bertebaran di Menteng, Kebayoran dan
Macam Macam Indah,
Setiap semester ganjil,
isteri terangnya belanja di Hongkong dan Singapura.
Setiap semester genap,
isteri gelap liburan di Eropa dan Afrika,
Anak-anaknya pegang dua pabrik,
tiga apotik dan empat biro jasa.
Saudara sepupu dan kemenakannya
punya lima toko onderdil,
enam biro iklan dan tujuh pusat belanja,
Ketika rupiah anjlok terperosok,
kepleset macet dan hancur jadi bubur,
dia ketawa terbahak- bahak
karena depositonya dalam dolar Amerika semua.
Sesudah matahari dua kali tenggelam di langit barat,
jumlah rupiahnya melesat sepuluh kali lipat,
Krisis makin menjadi-jadi, di mana-mana orang antri,
maka seratus kantong plastik hitam dia bagi-bagi.
Isinya masing-masing lima genggam beras,
empat cangkir minyak goreng dan tiga bungkus mi cepat-jadi.
Peristiwa murah hati ini diliput dua menit di kotak televisi,
dan masuk berita koran Jakarta halaman lima pagi-pagi sekali,
Gelombang mau datang, datanglah gelombang,
setiap air bah pasang dia senantiasa
terapung di atas banjir bandang.
Banyak orang tenggelam tak mampu timbul lagi,
lalu dia berkata begini,
"Yah, masing-masing kita rejekinya kan sendiri-sendiri,"
Seperti bandul jam tua yang bergoyang kau lihatlah:
kekayaan misterius mau diperiksa,
kekayaan tidak jadi diperiksa,
kekayaan mau diperiksa,
kekayaan tidak diperiksa,
kekayaan harus diperiksa,
kekayaan tidak jadi diperiksa.
Bandul jam tua Westminster,
tahun empat puluh satu diproduksi,
capek bergoyang begini, sampai dia berhenti sendiri,
Kemudian ide baru datang lagi,
isi formulir harta benda sendiri,
harus terus terang tapi,
dikirimkan pagi-pagi tertutup rapi,
karena ini soal sangat pribadi,
Selepas itu suasana hening sepi lagi,
cuma ada bunyi burung perkutut sekali-sekali,
Seseorang dianggap tak bersalah,
sampai dia dibuktikan hukum bersalah.
Di negeri kami, ungkapan ini terdengar begitu indah.
Bagaimana membuktikan bersalah,
kalau kulit tak dapat dijamah.
Menyentuh tak bisa dari jauh,
memegang tak dapat dari dekat,
Karena ilmu kiat,
orde datang dan orde berangkat,
dia akan tetap saja selamat,
Kini lihat,
di patio rumahnya dengan arsitektur Mediterania,
seraya menghirup teh nasgitel
dia duduk menerima telepon
dari isterinya yang sedang tur di Venezia,
sesudah menilai tiga proposal,
dua diskusi panel dan sebuah rencana rapat kerja,
Sementara itu disimaknya lagu favorit My Way,
senandung lama Frank Sinatra
yang kemarin baru meninggal dunia,
ditingkah lagu burung perkutut sepuluh juta
dari sangkar tergantung di atas sana
dan tak habis-habisnya
di layar kaca jinggel bola Piala Dunia,
Go, go, go, ale ale ale...
1998
Label:
Puisi Taufiq Ismail